BAB 36 - G# RESPECT Part 2

2.5K 186 4
                                    

Whoaaa ….

  ‘Duer … duer ….’

  Malam ini sekolah Netra ramai oleh suara kembang api. Netra dan ketiga temannya menatap ke langit yang tadinya gelap namun sekarang penuh dengan cahaya yang berpendaran. Berasa malam tahun baru. Beberapa penonton lain mengikuti Netra, keluar dari lapangan basket untuk menatap keindahan yang disuguhkan di langit. Tanpa sadar Netra tersenyum-senyum sendiri melihat indahnya kembang api yang berlarian ke segala arah di langit sana.

  Lampu-lampu yang menerangi sekitar acara pensi beberapa ada yang dimatikan. Meninggalkan penerangan yang temaram. Lampu-lampu di sekitar panggung juga sudah dimatikan semenjak kembang api dinyalakan. 

  Kau begitu sempurna.
  Di mataku kau begitu indah.

  Begitu kembang api yang ditembakkan ke udara sudah habis, samar-samar terdengar suara Ucay di panggung. Sontak semua mata mengalihkan pandangan dan memfokuskan perhatian ke arah panggung. Tanpa dikomando, penonton sudah sepakat untuk tidak bersuara.

  Iya, itu Ucay. Dari tempatnya berdiri, Netra sangat hafal dengan siluet orang-orang yang bernyanyi di atas panggung. Ini dia yang ditunggu-tunggu Netra. Akhir acara, ucay akan menyanyikan sebuah lagu kejutan yang bahkan dirahasiakan dari panitia pensi. Ternyata dia menyanyikan lagu Andra and the Backbones.

  Kau membuat diriku akan slalu memujamu.

  Suara jernih ucay berhasil membius semua penonton, tak terkecuali Netra. Petikan gitar akustik dari Eko menemaninya. Sungguh indah didengar di telinga. Netra memejamkan kedua matanya ingin menikmati suara mereka. Semilir angin yang menyejukkan, membawa bersama suara manis Ucay ke gendang telinganya. Dari situ mengalir menuju hatinya dan membawa ketenangan yang menyejukkan di dalam sana. Netra hanyut dalam kenyamanan dan ketenangan tersebut. Dia mengulaskan senyum dalam diamnya.

  Sekarang suasananya menjadi sangat romantis. Ditambah lagi panitia membagi-bagikan lilin yang sudah dinyalakan apinya kepada para penonton. Mereka pun mengangkat lilin sambil terdiam, menikmati alunan musik dan suasana tenang. Wah, ini rasanya seperti di konser bintang-bintang besar! Netra sangat takjub sekali. Penutupan pentas seni ini adalah ide dari Aldi. Lilin-lilin itu juga. 

  Sedang asyik-asyiknya terhanyut dalam suasana, Netra sampai tidak menyadari ada seseorang yang menembus kerumunan supaya bisa berdiri di sebelah kirinya. Sampai ketika seseorang itu bersuara.

  “Hei.”

  Hanya sebuah ‘hei’ namun sukses membuat tubuh Netra terpaku. Seketika Netra tidak bisa mendengar apapun. Semua sunyi, semua jenis bunyi-bunyian di depan Netra tidak terdengar lagi.

  Oh shit. Sebegitu terpesonanya akan Ucay sampai Netra lupa sama sekali dengan satu makhluk ini.

  Netra menoleh sebentar untuk membalas sapaan Aldi. Lalu matanya kembali fokus pada panggung. Mencoba untuk menikmati lagu yang dinyanyikan Ucay.

  Di setiap langkahku
  Ku kan selalu memimpikan dirimu
  Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu

  Sama halnya seperti Netra, Aldi sepertinya tengah mendengarkan suara Ucay dengan seksama karena tidak ada kalimat selanjutnya sapaan ‘hei’ tadi. Netra kira itu berlangsung lama tapi perkiraannya salah. Ketika sapaannya tidak juga dijawab oleh Netra, Aldi malah mengoceh.

  Netra rasa Aldi yang sekarang ini sudah lebih cerewet dari Aldi si manusia robot dulu.

  “Liriknya bagus ya, Net. Menceritakan tentang gue banget,” kata Aldi tanpa menoleh sedikit pun dari panggung. Beda dengan Netra. Dia langsung menoleh ke arah Aldi dan menatapnya bingung. Tidak mengerti apa arti ucapan Aldi barusan.

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang