Hari ini Netra tidak masuk sekolah. Sejak pagi Aldi sudah mencari-cari sosok perempuan berkuncir satu itu di penjuru kelasnya. Dalam pemikiran Aldi, mungkin Netra pindah posisi bangku. Namun ketika melihat Vino—partner sebangku Netra—masih di tempat yang sama seperti biasanya dan bangku Netra kosong, Aldi langsung mencoret pemikirannya tersebut. Mungkin saja Netra terlambat masuk ke kelas. Gadis itu mungkin saja sedang dihukum untuk membersihkan halaman di dekat gedung kantor guru. Namun ketika sampai istirahat pertama berbunyi, gadis itu tidak juga muncul. Padahal biasanya siswa yang kena hukuman karena terlambat akan diperbolehkan masuk ke kelas setelah jam pertama selesai.
Selama istirahat pertama, Aldi menghabiskan waktu dengan berputar-putar di seluruh penjuru sekolahnya. Bisa saja gadis yang dicarinya sedang malas masuk ke kelas, sehingga dia bersembunyi dulu di suatu tempat. Aldi sudah mengunjungi ruang OSIS, kantin sekolah dan mushola. Aldi teringat mengenai seberapa badung dan nakalnya Netra. Nihil hasilnya, tidak ada sehelai pun rambut dari gadis itu yang tertangkap matanya. Selesai mengitari pelataran sekolahnya, tempat terakhir yang dituju Aldi adalah belakang sekolahnya. Tetap saja tidak ada.
Apakah Netra sakit? Atau ijin? Tapi gadis itu tidak memberi alasan apa-apa tentang ketidakhadirannya hari ini. Akhirnya Aldi hanya bisa menunggu hal yang tidak pasti sampai bel istirahat kedua berbunyi.
Pada akhirnya Aldi tidak tahan dengan rasa penasarannya. Aldi mencari seseorang yang mungkin saja tahu tentang keberadaan Netra. Sudah cukup dirinya diam-diam mencari Netra. Dia membutuhkan orang lain untuk menuntaskan rasa penasarannya.
Saat istirahat kedua, Aldi berjalan menuju perpustakaan sekolahnya. Dia berjalan di samping perpustakaan sambil menengok ke dalam ruangan tersebut lewat jendelanya. Pelan-pelan mata Aldi menyisiri setiap sudut dan di bagian tempat duduk. Dan benar saja, orang yang dicarinya berada di sana, sedang berdiri di depan meja penjaga perpustakaan. Teman Netra yang satu ini memang sedikit berbeda dari temannya yang lain. Dia rajin mengunjungi perpustakaan sekolahnya untuk meminjam buku. Sepertinya dia sedang menyelesaikan prosedur untuk meminjam buku karena dari matanya, Aldi melihat penjaga perpustakaan menyerahkan kembali kartu tanda anggota perpustakaan. Aldi menunggu di depan perpustakaan dan berharap orang itu segera keluar setelah urusannya selesai.
Lalu orang yang ditunggunya akhirnya keluar juga. Gadis berambut panjang itu berjalan melewati Aldi begitu saja, sepertinya dia tidak menyadari Aldi yang tengah berdiri di samping pintu. Aldi pun memanggil namanya. “Ayu.”
Gadis yang sedang mendekap sebuah buku tebal di depan dadanya itu menghentikan langkahnya. Lalu dia membalikkan badannya sehingga sekarang mereka berdua berdiri saling berhadapan.
“Aldi? Ngapain kamu di situ?”
Pemilihan kata Ayu memang sedikit lebih halus daripada teman-teman Netra dan Netra sendiri. Hal itu membuat kesan Ayu menjadi seolah-olah dia gadis yang imut dan manja.
Aldi mendekat pada Ayu. “Boleh bicara sebentar?”
Ayu menaikkan kedua alisnya hingga dia menganggukkan kepalanya. Kalau Ayu masih seperti Ayu yang dulunya nge-fans berat pada Aldi, pastilah dirinya sekarang sudah bersorak gembira. Tapi Ayu yang sekarang bukanlah Ayu yang dahulu. Dia masih mengagumi Aldi, namun hanya sebatas kagum saja, tidak lebih. Lagipula Ayu bisa menebak arah pembicaraan Aldi. Pastilah tentang ‘dia’, kan?
“Mau bicara di mana? Duduk atau berdiri aja di sini?” tanya Ayu.
Aldi tersenyum sekilas. Dia menunjuk pada bangku di depan perpustakaan. “Duduk aja ya?”
Ayu mengangguk lalu mengikuti Aldi duduk di bangku. Ayu tertawa dalam hati. Posisi ini dulu adalah posisi yang selalu muncul di setiap imajinasi Ayu. Duduk bersampingan dengan Aldi. Ayu tidak pernah menyangka imajinasinya akan menjadi kenyataan. Hanya saja sekarang dia tidak seheboh dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Netra
Teen Fiction"Denger kata-kata gue ini ya, sebagai temen, demi meredam kegilaan kalian, gue janji gue bakal cari kelemahan Aldi!" ucap Netra mantap. ---- "Bagi duit, Bang." "Eh, duit buat apaan?" Satrio memekik. "Buat beli kacamata sama topi. Cepek aja, deh." "B...