“Kenal sih enggak. Tadi kan gue sama dia juga nggak saling sapa, Net. Gue cuma tahu namanya. Dia Anggie, anak komunikasi semester lima di kampus gue.”
Aldi berpacaran dengan perempuan yang lebih tua? Tante-tante?
Netra bergidik.
“Mikirin yang aneh-aneh pasti.” Satrio menoyor kepala Netra. Satrio hapal dengan kebiasaan Netra. Terkadang imajinasi Netra bisa terlalu berlebihan. Kalau tidak segera dihentikan oleh orang lain, imajinasi Netra bisa melanglang buana menembus angkasa. Padahal sekarang mereka masih berada di tengah mall.
Netra berkedip-kedip setelah rohnya kembali ke daratan.
“Tutup itu mulut, takutnya kemasukan lalat,” ujar Satrio.
Netra menutup kembali mulutnya yang setengah terbuka. Lalu dia terdiam, berpikir lagi. Netra mencoba mengingat-ingat tentang gosip pacar Aldi di sekolah. Namun dia tidak menemukan apa pun di ingatannya.
Satrio yang mengetahui gelagat aneh Netra akhirnya menjelaskan, “Lo nggak tahu ya? Aldi memang suka sama cewek-cewek yang lebih tua. Yang gue tahu sih, pacarnya selama ini anak kuliahan. Sejak kelas 1 SMA dulu aja, dia sudah bisa dapetin Lana, temen seangkatan gue. Setelah Lana, dia pindah ke Susan, anak 3 IPS 5, dan lainnya. Nggak cuman di sekolah kita aja, di sekolah lain juga ada. Cuman ya gitu, dia pacarannya diem-diem. Sekarang aja dia udah mulai merambah ke kampus gue. Senior gue banyak yang kesel sama dia tuh, gara-gara gebetannya di kampus direbut Aldi. Yah... setelah gue pikir-pikir, minimal pacarnya itu harus dua tahun di atas Aldi.”
Satrio menghentikan penjelasan panjangnya ketika dia bertemu dengan seseorang yang dia kenal. Dia melambai-lambaikan tangannya pada sekelompok pria tidak jauh dari tempat Netra dan Satrio berada. Netra mengikuti arah pandang Satrio. Tidak ada satu pun yang dia kenal di gerombolan itu, jadi pandangan Netra kembali pada wajah abangnya.
“Senior gue di kampus. Mau gue kenalin ke mereka?” tawar Satrio.
Netra mendelik, “Nggak usah bikin acara kenal-kenalan lagi, deh. Lo rese kalau lagi iseng, Sat. Temen-temen lo yang dulu aja gue udah lupa namanya.”
Teman Satrio yang banyak itu beberapa ada yang ingin berkenalan dengan Netra. Satrio pun akhirnya secara tidak langsung menjodoh-jodohkannya dengan teman-temannya. Satrio sering bercerita si A kemarin beli ini, si B baru pulang dari liburan, si C habis jadi panitia ini. Tapi sayangnya, belum ada yang benar-benar menarik hati Netra.
“Jahat lo, mereka pasti langsung patah hatinya kalau denger kata-kata lo itu.”
“Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, Sat!” Netra sedikit sebal. Dia kan tadi sedang meninterogasi Satrio tentang Aldi.
“Oya, oya, jadi mau tanya tentang apa lagi sih adikku?” tanya Satrio sok imut.
“Dari mana lo tahu pacar-pacar Aldi?”
Netra masih tidak habis pikir. Selama ini dia kira Aldi masih single, jomblowan sejati. Ternyata kiprahnya di dunia pacar-pacaran hebat juga. Beberapa mantan pacarnya adalah kakak kelas, bahkan anak kuliahan. Ini berita baru. Soalnya selama ini bisa dibilang kisah cinta Aldi sama sekali tidak terendus oleh media. Aldi sangat pintar bermain kucing-kucingan nampaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Netra
Teen Fiction"Denger kata-kata gue ini ya, sebagai temen, demi meredam kegilaan kalian, gue janji gue bakal cari kelemahan Aldi!" ucap Netra mantap. ---- "Bagi duit, Bang." "Eh, duit buat apaan?" Satrio memekik. "Buat beli kacamata sama topi. Cepek aja, deh." "B...