Bab 20 - Jalan Berdua?

3.3K 207 13
                                    


'Tet ... tet ... tet ....'

Bel berbunyi tiga kali. Itu artinya waktu istirahat telah tiba, sekaligus menandakan bahwa pelajaran matematika juga telah usai di kelas 2 IPA 4. Setelah guru selesai membereskan buku-buku dan keluar dari kelas, siswa-siswi kelas tersebut langsung berebut untuk menyusul keluar kelas. Kecuali beberapa siswa yang memang masih ada keperluan di dalam kelas. Kebetulan—yang sangat langka—Netra termasuk ke dalam beberapa itu, dia merasa dirinya sedang dalam mode rajin hari ini. Sebelum Bu Ratih menyudahi kelasnya hari ini, beliau sempat memberikan tugas rumah kepada anak didiknya. Karena Netra merasa paham dengan pelajaran yang diterangkan Bu Ratih, dia berencana mau mengerjakan tugas rumahnya di sekolah, saat istirahat sedang berlangsung.

Daripada keburu dia malas kan, keburu dia lupa. Kalau dia sudah sampai rumah, dia bisa lupa segalanya. Dia terlalu sibuk bersantai-santai. Belum tentu juga dia bisa mengerjakannya di rumah. Bisa saja apa yang diterangkan hari ini oleh Bu Ratih terbawa angin sepulang sekolah nanti. Entah Netra sedang kesamber setan apa. Yang jelas bukanlah setan kredit, karena setan kredit hanya ada di film Warkop DKI.

Memang dasar niat baik seseorang itu pasti ada saja yang menghalangi. Ada saja orang-orang yang mengganggu. Seperti Netra yang kini sedang ditarik-tarik keluar kelas oleh Ayu dan Indah. Padahal dirinya baru saja membaca doa sebelum mengerjakan tugas matematika. Netra melirik pada Indah yang ikut menariknya. Dia heran dengan kecepatan Indah untuk masuk ke dalam kelasnya. Indah kan beda kelas dengan Netra, Ayu dan Merlin. Apa mungkin dia sudah menunggu di depan kelas sebelum bel istirahat berbunyi?

"Net, ah ..., ayo keluar kelas. Makan, laper. Kepala batu banget sih jadi cewek," ujar Indah.

"Enggak. Gue di kelas aja. Kalian ke kantin sendiri tanpa gue. Jangan ganggu gue. Biarin kepala batu, yang penting dalam kepalanya bukan otak udang. Barbie lagi pengen jadi boneka yang rajin."

Netra yang berusaha untuk mempertahankan supaya pantatnya tetap menempel pada tempat duduknya. Ayu kesal dibuatnya. Oleh karena itu dia menambah bala bantuan. Dia menyuruh Merlin untuk mencari cara supaya Netra bisa lepas dari bangkunya.

"Mer, angkat si Netra!"

Lalu Merlin pun ikut serta dalam upaya pengangkatan tubuh Netra. Merlin dengan senang hati menggelitiki pinggang Netra. Merlin tahu akan kelemahan Netra. Cewek itu tidak tahan dengan rasa geli. Dia pasti akan meronta-ronta jika digelitiki. Dan benar saja, Netra berontak di tempat duduknya. Karena merasa risih dan geli. Segala macam umpatan manis keluar secara refleks dari mulut tipisnya. Satu lawan tiga, jelaslah Netra kalah. Dia mati kutu. Akhirnya Netra menyerah dan pasrah saja ketika digiring ketiga iblis betina itu ke kantin sekolah.

Netra disuruh untuk duduk di salah satu kursi kantin. Di sekitarnya Ayu, Merlin dan Indah mengelilinginya sehingga mereka berempat membentuk sebuah konferensi meja bundar. Di depan Netra kini ada satu botol pocari dan beberapa potong kue brownies. Netra mengalihkan matanya dari kenikmatan dunia tersebut lalu mengamati wajah ketiga temannya dengan pandangan curiga dan penuh selidik. Sementara orang-orang yang dipandangi Netra malah tersenyum lebar.

"Ada apa nih kok kalian beliin gue pocari ..." Netra menunjuk minuman favoritnya lalu menunjuk ke kue yang selalu membuat dia ngiler. "Dan brownies ini?"

Ketiga orang itu meremas-remas tangan masing-masing. Netra menyipitkan kedua mata, mengamati tingkah mereka. Dia curiga kalau teman-temannya sedang bersekongkol untuk menyogok Netra. Hanya saja motif dari tindakan mereka yang belum Netra ketahui.

"Apa sih, Net? Curigaan mulu sama kita. Ingat ... berburuk sangka itu dosa," sahut Ayu.

Karena setelah beberapa lama kemudian mereka sama sekali tidak membuka mulutnya, Netra memutuskan untuk masa bodoh. Tanpa mengurangi kecurigaan, Netra mengangguk-angguk. Tangannya terulur untuk mengambil botol pocari, membuka tutup botolnya lalu meneguknya. Senyum ketiga temannya yang awalnya sudah lebar jadi semakin sumringah. Mata ketiganya tertuju pada mulut Netra yang sedang meminum pocari.

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang