Bab 44 - I am Fine

2.4K 163 29
                                    


"Netra ... gue nggak salah lihat, kan?" Ayu menarik-narik lengan seragam Netra ketika keduanya sedang berjalan keluar gerbang sekolah.

Tadi Ayu sempat curiga ketika Netra mengatakan bahwa hari ini Netra tidak membawa motor. Padahal rencananya hari ini Ayu ingin nebeng motor Netra sampai ke toko buku. Tapi Netra bilang dia diantar oleh seseorang yang Netra tidak mau menyebutkan namanya. Oleh karena itu, setelah bel tanda pulang berbunyi, Ayu sengaja mengikuti Netra. Dia menjejeri langkah Netra sehingga temannya itu tidak bisa berkutik lagi. Netra mulanya menyuruh Ayu untuk pulang duluan. Dia sengaja berputar-putar dahulu. Dia mampir ke ruang OSIS lalu ke toilet dan kemudian mampir ke kantin hanya untuk menyapa mas-mas penjual batagor di sekolahnya. Namun, Ayu masih setia menempel sambil nyengir padanya.

Tingkah Netra yang menurut Ayu cukup aneh itu, menimbulkan sebuah tanda tanya. Ayu yakin bahwa Netra sedang menyembunyikan sesuatu. Temannya itu terlihat tenang di luat tapi dalam hatinya siapa yang tahu. Lalu kecurigaan Ayu terbukti. Dia menemukan sosok yang sudah lama hilang, muncul kembali di hadapannya. Pria itu berdiri di depan sekolahan dengan senyum lebar di wajahnya. Matanya tidak pernah lepas dari wajah seseorang yang tengah berdiri di samping Netra.

Mas Ian. Begitulah dulu Netra mengenalkan Ayu pada pria tersebut. Nama yang dulu sering disebut oleh Netra di antara percakapan mereka. Nama yang selalu membawa tawa untuk Netra. Nama yang juga pernah membuat Netra menangis ketika menceritakan tentang ibu Mas Ian yang tengah sakit parah. Dan nama itu tidak pernah muncul lagi ketika mereka lulus SMP sampai sekarang. Ayu pernah menanyakan tentang Mas Ian kepada Netra namun temannya itu hanya terdiam. Netra hanya bungkam dan memilih mengalihkan pembicaraan.

Netra pernah terlihat sangat tidak bertenaga di sekolah. Netra hanya melamun ketika pelajaran berlangsung dan senyum yang biasanya menghinggapi bibirnya hilang. Nada bicaranya juga menjadi datar, tidak ada nada riang seperti Netra yang Ayu kenal. Netra seolah sedang membawa kabut hitam di setiap langkah kakinya. Kemurungan Netra itu berlangsung hanya beberapa hari. Tiba-tiba saja Netra kembali menjadi Netra yang dahulu. Netra yang bengal, ceria, dan bersemangat. Netra menjadi Netra sebelum mengenal Mas Ian. Namanya tidak pernah keluar dari bibir Netra lagi dan Ayu tidak berani untuk bertanya lebih jauh. Sosok itu seolah hilang dari dunia Netra.

Ketika acara wisuda SMP, Mas Ian juga tidak terlihat. Maka Ayu menganggap hubungan Netra dan Mas Ian sudah berakhir. Walaupun Netra tidak pernah mengakui adanya hubungan spesial antara dirinya dan Mas Ian, namun siapapun yang melihat kebersamaan mereka pastilah sudah mengerti bahwa mereka saling peduli satu sama lain. Mereka sudah terikat satu sama lain. Dan tidak ada yang bisa masuk di antara keduanya.

Ayu menoleh pada Netra. Gadis itu melambai pada Mas Ian lalu menoleh pada Ayu yang menatapnya dengan raut bingung.

"Itu ... Mas Ian yang dahulu, kan? Kalau aku nggak salah mengenali," tanya Ayu seolah menyakinkan dirinya sendiri.

"Iya, itu Mas Ian yang dahulu." Netra meringis pada Ayu. Dia tahu bahwa temannya saat ini pastilah sedang bingung. Ayu adalah teman SMP Netra, jadi kurang lebih Ayu mengetahui kisah Netra dan Ian di masa putih abu-abu tersebut. Ayu pasti juga heran karena pria yang dulunya seolah menghilang dari peradapan kini muncul di depan matanya.

"Lalu kenapa Mas Ian bisa muncul di sini lagi? Dengan motor kamu ...." Ayu bertanya dengan pelan-pelan, dengan penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaan Netra. "Kapan kalian bertemu lagi?" lanjut Ayu.

"Ya begitulah. Semua terjadi begitu saja." Netra mengedikkan bahunya. "Kalau untuk kapan bertemu, jawabannya kemarin. Udah ya, Ay. Ngobrolnya lanjut besok. Udah dijemput kok malah ditinggal ngobrol. Nggak sopan," kekeh Netra.

NetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang