Nayla sampai di sekolah pukul 08:45 pagi, ia turun dari motor, lalu mencium punggung tangan Bambang.
"Hati-hati Pa!!" Ujarnya sambil melambai-lambaikan tangannya saat Bambang akan segera pergi, pulang kembali kerumah.
Nayla mengambil ponselnya, melihat benda pipih persegi panjang itu, lalu mengecek pesan masuk dari Doni dan Renal yang sudah lebih dari delapan puluh pesan, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana levisnya.
Nayla berjalan cepat memasuki gerbang, lalu menyusuri koridor-koridor kelas, kata Doni, kumpulan dilakukan di kelas IX.3, kelas sembilan, gedungnya paling belakang, ia semakin mempercepat langkahnya, ralat. Ia berlari.
"Mampus! Telat banget!" Makinya pada dirinya sendiri,
Setelah melewati beberapa koridor, akhirnya Nayla sampai di depan pintu yang bagian atasnya terdapat tulisan Welcome IX.3
Tok, tok, tok..
Nayla mengetuk pintu, lalu membukanya sendiri.
Sontak saat pintu ia buka, para teman, adik dan juga kakak kelasnya yang mengikuti kumpulan ini, yang berada di dalam ruangan, mengarahkan pandangan matanya pada Nayla. Di meja guru sana, tempat biasa guru duduk saat sedang mengajar, sudah ada orang yang terduduk di sana.
Kayak pernah kenal, tapi lupa siapa namanya. Batin Nayla
Nayla berdiam sebentar di ambang pintu, ia mengedarkan pandangan, matanya menemukan Wanita paruh baya dengan rambut yang digulung, berpakaian seragam olahraga khsusunya, dengan celana training, sedang duduk dengan tangan dilipat di depan dada.
Nayla menyengir seraya menganggukkan kepalanya, ia berjalan ke arah wanita paruh baya itu,"Maaf Bu, saya telat," Ujar Nayla mengahadap ibu Pembina,
Orang yang Nayla sebut Ibu itu, memasang wajah datar. Sudah menjadi rahasia umum kalau pembina eskul voli ini sangat memegang kedisiplinan, dan karena Nayla baru mengikuti estrakulikuler olahraga ini beberapa minggu lalu, ia tidak mengetahui hal itu.Mungkin jika hanya telat, 5-15 menit, Ibu pembina akan memberi toleransi, membiarkannya langsung duduk, dan tidak mempermasalahkannya, tapi, sialanya Nayla telat selama 45 menit, habis sudah!
"Dwi. Saya mengangkat Dia menjadi kandidat ketua eskul voli tahun ini!" Ujar Bu Rose--selaku pembina eskul voli--, sambil mengangkat dagu mengarahkannya kepada Nayla.
Sontak ucapan Bu Rose mambuat mata Nayla melebar dua kali lipat. Terlebih para anggota yang lain, bagaimana bisa? Nayla anak baru di eskul ini, dan dia sudah telat, tapi kenapa malah dirinya yang dipilih jadi kandidat? terlebih yang memilihnya adalah pembinanya langsung. Oke, ini hanya kandidat, belum menang, tapi kannn.. Yah sudah lah.
Orang yang Bu Rose panggil Dwi itu mengangguk, "Baik Bu,"
Berbeda dengan Nayla, gadis itu jelas sudah menyiapakan beribu alasan di kepalanya, untuk segera terlontar melalui Mulut.
"Bu, kok saya sih? Saya jadi anggota aja, ga mau jadi ketua," Protesnya, dan membuat para anggota lain menatap lagi kearah mereka, Nayla dan Bu Rose.
"Siapa kamu, berani ngatur?"
Selain orang yang disiplin, Bu Rose juga tegas, dan tidak ingin diprotes, dan lagi, Nayla tidak mengetahui Sifat Bu Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah[Sudah Terbit]
Spiritual[Spiritual FiksiRemaja] #109dalamspiritual=>8juli2018 SEMUA PERISTIWA, KEJADIAN, LATAR, NAMA TOKOH, KONFLIK DLL, SEMUANYA MURNI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. DILARANG MENGOPY. CANTUMKAN SUMBER JIKA INGIN MENGUTIP. Nayla nurjanah, Gadis yang sangat susa...