🍃36. -Istiqomah-

2.7K 156 13
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tidak terasa bulan suci Ramadhan sudah memasuki malam ke duapuluh enam:') lancarkan terus ibadahnya ya semua! Jangan sampai malam kemuliaan yang berada di sepuluh malam ganjil terakhir bulan Ramadhan yang pada malam itu lebih baik dari seribu bulan terlewatkan oleh kita..

Ganyangka gue nulis udah sampe bab 36. Oh iya, selamat libur panjaaanggg semuaaaanya! Semoga yang akan mudik dilancarkan perjalannya, dan yang tidak mudik semoga tahun depan bisa mudik. Aamiin Allahumma Aamiin.

Aku pernah merasakan semua kepahitan. Dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.
-Ali bin Abi Thalib-

------------------------------------------------------------------------
Selamat Membaca
------------------------------------------------------------------------

Ditengah perjalanan pulang, air mata Nayla terus menitik, sumpah demi apapun ia tidak suka dengan dirinya yang cengeng ini.

"Akbar setan,"

"Akbar bangsat,"

"Akbar gila,"

"Akbar Lo jahat!"

Nayla terus menggerutu seraya berjalan, ia terus memegangi pipinya yang tadi ditampar oleh Akbar.

"Juna.. Juna gua butuh Lo," gumamnya,

Nayla menghentikan langkahnya, jika ia berjalan dalam keadaan menangis, itu akan memunculkan reaksi masyarakat. Kebetulan terdapat apotek di depan jalan sana.

Nayla menghapus air matanya, mengelap wajahnya dengan tisu yang ia bawa. Lalu setelah cukup lebih baik, Nayla memasukkan langkahnya kearah pintu.

"Maskernya 1 Kak," ujar Nayla kepada kasir apotek,

"Apa lagi dik?"

Nayla menggeleng, "itu aja kak,"

Setelah Nayla membayar dan mendapatkan Maskernya, ia berjalan keluar. Kebetulan di bagian luar apotek ini terdapat tempat duduk.

Nayla menghidupkan ponselnya,

Dengan cepat ia menelpon nomor Arjuna.

Hanya bunyi Tut Tut Tut saja yang terdengar.

Juna kemana sih! Kesalnya.

Sudah lima kali Nayla berusaha menghubungi nomor Arjuna, tetapi hasilnya tetap seperti awal, tidak ada jawaban. Nayla memasukkan kembali ponselnya kedalam tas.

Sepertinya pulang ke rumah bukan tempat yang cocok. Nayla teringat akan Tasya, dengan cepat ia kembali mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Tasya disana.

Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif. Cobalah hubungi beberapa saat lagi.

"Kemana sih Tasya, tumben amat nomornya ga aktif," kesal Nayla,

"Apa gua main kerumahnya Nisa aja ya? eh, tapikan gua ga terlalu akrab sama dia," gumamnya,

Nayla menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar, "terpaksa, gua harus pulang."

Ya, rumah adalah tempat bernaung. Walau suasana yang tidak mengenakan tapi jika ada apapun itu, pulang adalah pilihan terbaik.

🍃🍃🍃

Aku punya definisi sendiri tentang kamar, menurutku kamar itu lebih dari pacar, selain nyaman, kamar juga menjadi tempat paling setia juga aman saat sedang duka ataupun bahagia. Eh, tapi pacaran itu dosa loh, ya.

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang