🍃19. -Istiqomah-

3.3K 183 6
                                    

Nayla melangkah mendekati Ibu dan Bapanya, menuruti perkataan Puspa untuk tidak meniup lilin.

Ia langsung memotong kue cantiknya itu, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya sebelum memotong kue, Nayla akan meminta harapan-harapan kedepannya untuk dirinya sambil memejamkan matanya di depan kue yang bernyalakan lilin, lalu meniup lilinnya setelah memanjatkan apa yang ia inginkan.

Tapi kali ini, Nayla memotong kue tanpa harapan.

Potongan pertama ia berikan kepada wanita paling ia cintai selama ini, yaitu Puspa, selaku Ibunya. Potongan kedua Nayla berikan kepada Pahlawan kehidupannya, yaitu Bambang, selaku Bapanya.

Riuh tepuk tangan terdengar begitu jelas ditelinga Nayla, ucapan-ucapan selamat silih berganti bersautan tak henti, tetapi tetap saja moodnya masih belum membaik, wajahnya masih terlihat datar terkesan masam tanpa raut kebahagiaan, tidak seperti saat acara belum dimulai tadi.

Setelah memberi potongan kue kepada kedua orangtuanya, Nayla berbisik ditelinga Bambang, "Kepala Nay pusing Pa, ke kamar duluan ya, mau tidur," lalu melangkah pergi,

Bambang menatap punggung anaknya itu dengan lemah, sebagai orangtua dari Nayla, ia amat sangat tahu bahwa putrinya itu sedang pundung .

---

Acara semalam tidak ingin Nayla ingat, amat sangat memalukan baginya, terlebih diantara para tamu yang hadir terdapat teman dekat dan seorang spesial bagi Nayla, Nayla tidak mengetahui seperti apa akhir dari acaranya tadi malam,

"Nay, bangun, sudah adzan, sholat Nay," Ujar Puspa sambil mengetuk pintu kamar Nayla,

Hening,
Tidak ada balasan,

"Nay, ayo bangun Nay," Ujarnya lagi sambil masih terus mengetuk pintu yang tertutup itu,

Nayla yang berada di dalam kamar, masih terkunci dalam zona nyaman di kasur itu, tiba-tiba terbangun karena ketukan Puspa,

Nayla mengucak matanya, mengedarkan pandangannya, ia sedang mencari benda kesayangannya, benda yang slalu ia pegang, benda yang selalu ia lihat jika baru bangun tidur,

"Hp gua dimana ya?" Gumamnya sambil berusaha mengikat rambutnya,

Nah! Tuh dia. Batinnya sambil berjalan ke arah meja belajar,

Setelah mengambil ponselnya, Nayla beralih haluan menuju pintu,

"Ada apa Bu?" Tanyanya saat sudah membuka pintu,

"Ayo sholat,"

"Cape ah, ga mau,"

"Astaghfirullah,"

"Nay mau tidur lagi, lagian ini hari minggu, masih jam setengah enam juga,"

"Nanti kamu tidurnya ga bangun lagi gimana?"

"Ibu jangan ngomong macem-macem deh,"

"Nanti pas kamu bangun lagi, kamu udah bukan di kamar, tapi di alam lain,"

"Ibu,"

"Terus disana kamu sendirian,"

"Ibu ya ampun, jangan ngelantur dong,"

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang