🍃43. -Istiqomah-

2.6K 162 9
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Btw kalian udah pada nyoblos belum sih? Kalo saya sih belom, umurnya belum cukup hihi. Untuk yang nyoblos semoga pilihan kalian bisa menjadi yang terbaik untuk memimpin daerah kalian.

------------------------------------------------------------------------
Selamat Membaca
------------------------------------------------------------------------

Menilai seseorang dari penampilan ternyata tidak baik. Nayla kini mengakui itu, ia mengira Adam adalah tipe laki-laki yang super duper menyebalkan lima kali lipat dari Akbar. Tetapi, dugaan Nayla ternyata salah.

Adam lebih menyenangkan, ya, walaupun sama bawel juga bahasanya dengan Akbar, tetapi Adam cukup nyambung dan asik di ajak bicara, juga bercanda.

"Dam, gua mau nanya serius nih, kenapa sih, orang semacem Lo, ga pernah mau natap mata lawan bicaranya kalau lagi ngomong?" Nayla bertanya penasaran, ini adalah hari ketiga Adam mengajarinya,

"Macem saya? Maksudnya gimana?"

"Ya gitu.. eu.. apa ya.. so alim gitu," ujar Nayla bingung bagaimana mengatakannya tetapi akhirnya kalimat itu meluncur juga,

"Aamiin," ujar Adam,

"Lah gajelas si?" Heran Nayla

"Kamu baru saja mendoakan saya,"

Nayla bingung, kapan gua mendoakan Adam?

"Jawab Dam, kenapa?"

"Memangnya kenapa? Kamu risih saya tidak menatap kamu saat kita berbicara?"

"Ngga sih, cuma menurut gua tuh, kurang sopan aja,"

"Mata kamu ada beleknya makanya saya tidak mau menatap kamu,"

Ucapan Adam membuat mata Nayla membesar, jarinya dengan cepat mengarah pada bagian mata dan membersihkannya.

"Sialan! Lo jailin gua?!" Kesal Nayla saat ia sudah membersihkan kedua area matanya dan tidak ada apa-apa disana.

Adam tertawa saat Nayla mengumpat padanya, "Saya hanya Ghaddul Bashar," jawab Adam akhirnya,

"Kalau ngomong sama gua yang jelas-jelas aja Dam, biar gua ngerti," pinta Nayla,

"Oke-oke maaf, saya hanya berusaha menjaga pandangan."

-istiqomah-

Akhir-akhir ini ada yang aneh dengan Nayla, ia semakin sulit untuk tidur, matanya itu baru akan tertutup saat jam menunjukkan pukul dua atau setengah tiga dini hari.

Akibatnya Nayla harus menaiki angkot lagi untuk menuju sekolah.

Beruntung Nayla tidak telat.

Kini pak Agus terus menatap ke arah tempat duduk Nayla, mengamati muridnya itu. Tentu hal ini terjadi akibat peristiwa satu Minggu lalu, saat Nayla tertidur di jam pelajaran Bapak bermateri IPS tersebut.

Nayla merasakan ada yang mengintimidasi dirinya dengan tatapan, maka dari itu Nayla kini tengah tekun dan khusyuk menyalin tulisan dari buku paket ke buku tulis miliknya.

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang