Sudah lima hari Nayla dan Akbar masih berdiam-diaman, baik Akbar maupun Nayla, tidak ada yang mau berbicara duluan.
Sejak Senin hari pertama ulangan kenaikan kelas, Nayla selalu pulang bersama Dwi, tetapi tetap, jika pergi, Nayla bersama dengan Akbar.
Hubungan Nayla dengan Dwi semakin dekat, sikap-sikap yang Dwi perlakukkan kepada Nayla pun semakin membuat Nayla melayang-layang.
Kini gadis itu tengah terduduk di koridor ruangan 11, yakni ruangannya, ia tengah menunggu kehadiran Dwi.
Derap langkah terdengar oleh telinga Nayla, dan suaranya terhenti tepat saat terdapat kaki disamping tubuhnya. Ia menatap sepatu pemilik langkah itu,
Bukan sepatu kak Dwi. Batin Nayla
"Ayo," Ajak suara pemilik sepatu itu,
Untuk pertama kalinya Nayla mendengar suara itu kembali setelah hampir satu minggu dirinya tidak mendengar pemilik suara itu berbicara.
"Masih bisa ngomong ternyata lo? Gua kira bisu," Balas Nayla
Ucapan Nayla tidak dihiraukan.
Pemilik suara itu, yang tidak lain adalah Akbar, hanya berdiam diri saja, pandangannya pun tidak membalas tatapan Nayla, Akbar menatap lurus ke depan.
"Cowo macem apaan lo ini? Heran gua," Kata Nayla, karena merasa kesal dengan tingkah Akbar,
Akbar masih tidak merespon, pandangnnya masih sama seperti sebelumnya,
"Udah tau salah, ga minta maaf. Ngomong sama gua ga pernah mau natap muka, cuma ngomong aja ga mau ngeluarin banyak kata, ga pernah mikirin perasaan orang, bisanya cuma ngatur doang!" Lanjut Nayla mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam selama hampir satu minggu ini,
"Telinga lo itu masih berfungsi ga sih Akbar? Gua lagi ngomong, ini muka gua ada di bawah, bukan disana!" Kesal Nayla sambil menunjukan jarinya ke arah mata Akbar memandang.
Nayla menegakkan badannya, ia menjijitkan kakinya sedikit agar lebih tinggi sehingga bisa sejajar dengan wajah Akbar.
Akbar menggeser badannya,
Nayla mendekati, dan terus berusaha agar Akbar menatap wajahnya,
Saat Nayla sibuk mensejajarkan wajahnya dengan Akbar, dari kejauhan ada sepasang mata yang salah paham mengamati kegiatannya,
Mau lo apa sih? Kesana mau, kesini mau, Akbar itu milik gua, cuma gua yang boleh milikin Akbar. Kalo gua gabisa milikin Akbar, ga ada orang lain yang boleh milikin dia, termasuk elo, Nayla. Ujar pemilik sepasang mata itu dengan tajam menatap kearah Nayla.
Nayla berhenti berusaha mensejajarkan dirinya dengan Akbar, ia menundukkan kepalanya, mengatur napasnya yang lelah karena habis berloncat-loncatan,
"Nayla," Panggilan itu Nayla dengar saat dirinya sibuk mengatur napas,
Nayla menengokkan kepalanya menatap si pemanggil, yang sudah berada di sampingnya,
"Eh.. ayo kak," Balas Nayla,
"Tapi.. ini.. si Akbar?" Ujar Dwi sambil menunjuk Akbar karena merasa tidak enak,
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah[Sudah Terbit]
Spiritual[Spiritual FiksiRemaja] #109dalamspiritual=>8juli2018 SEMUA PERISTIWA, KEJADIAN, LATAR, NAMA TOKOH, KONFLIK DLL, SEMUANYA MURNI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. DILARANG MENGOPY. CANTUMKAN SUMBER JIKA INGIN MENGUTIP. Nayla nurjanah, Gadis yang sangat susa...