🍃41. -Istiqomah-

2.5K 178 1
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
-

Ga nyangka bisa sejauh ini;') terhura akutuh. Terimakasih untuk kalian yang masih setia membaca kisah Nayla ini, love.

-----------------------------------------------------------------------
Selamat Membaca
------------------------------------------------------------------------

Masih terngiang di telinga Nayla, suara tawa teman-temannya. Tetapi dengan cepat Bu Sari meredakan itu semua. Dan menjelaskan jawaban Nayla yang.. eum.. apa ya, kurang tepat, atau memang salah?

"Nayla, jawaban kamu itu memang benar. Tapi, maksud pertanyaan ibu itu, bukan ada berapa huruf pada kata Mad. Melainkan, ada berapa huruf Mad," jelas Bu Sari.

Nayla hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mungkin ibu juga kurang spesifik memberi pertanyaannya. Oke, kita mulai lagi anak-anak," jeda sebentar, "Aisyah," Bu Sari kembali memanggil,

Aisyah yang berkerudung panjang itu mengangkat tangannya,

"Ada berapa huruf Mad thob'i? Dan sebutkan,"

"Ada tiga, Alif, wau, dan ya." Jawab Aisyah.

Bell berbunyi, tandanya jam pelajaran Bu Sari sudah selesai. Nayla di perintahkan untuk membawa buku yang Bu Sari pakai selama tadi di kelas ke dalam kantor.

Kini guru dan murid itu tengah berjalan berdampingan.

"Nayla," panggil Bu Sari,

"Iya Bu?"

"Apa Saya boleh bertanya?" jika sedang berdua seperti ini, Bu Sari akan mengubah panggilannya,

"Selama masih bisa saya jawab, boleh Bu," di beberapa situasi Nayla bisa mengontrol gaya bahasanya

"Maaf, bukan maksud Saya ikut campur. Apa kamu mengaji?"

Nayla mengangguk,

Bu Sari menatap kaget kearah Nayla, pasalnya ia sudah bersoudzhon kepada Nayla. Dalam hati Bu Sari beristighfar.

"Sewaktu saya SD kelas satu," lanjut Nayla setelah tadi sempat mengangguk,

Ucapan Nayla membuat Bu Sari kaget untuk kedua kalinya, tetapi, syukurlah, setidaknya Nayla pernah mengaji.

"Kalau sekarang?" Bu Sari masih penasaran,

Nayla menggeleng,

"Kenapa?"

"Males," jujur Nayla

"Apa kamu masih ingat huruf Hijaiyah?"

"Kalau mendengar, saya ingat. Tapi.. kalau ngga di beri tau awalnya, saya ga ingat. Ya, kadang juga walaupun sudah di beri tau awalnya, saya suka lupa urutannya,"

"Kamu tidak bisa lulus jika huruf Hijaiyah saja tidak tahu,"

"Ini sekolah negeri Bu," saut Nayla,

"Ya, memang. Tetapi bukan berarti kita melupakan agama,"

Nih guru maunya apa sih. Batin Nayla sedikit kesal.

"Jadi, maksud ibu, saya harus ngaji?" Tebak Nayla

Bu Sari mengangguk.

"Di sekitar rumah saya ngga ada pengajian Bu,"

Bu Sari mengerutkan dahinya, mana mungkin? Pikirnya.

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang