🍃12. -Istiqomah-

4.2K 244 28
                                    

"Sampai deh," ujar Dwi menghentikan laju motornya di pinggir jalan depan rumah Nayla

"Hafal ternyata lo?" Tanya Nayla sembari turun dari motor,

"Gua sering kesini,"

"Ngapain?"

"Main lah,"

"Main Barbie-an?" Nayla menahan tawanya

"Iya waktu kecil. Ya ngga lah! Emang ekeu cowok apaan?"

"Ih cocok banget!!" Nayla meyakinkan,
"Ogah, najis banget, gua cowok tulen woy!"

"Haha iya-iya gua ga percaya kok,"

"Eh,"

"Iya-iya deh gua percaya kak. Eh, makasih ya Kak,"

"Sama-sama,"

"Pulang gih,"

"Ngusir lo?"

"Cepetan pulang ih Kak!" Ujar Nayla sedikit merengek karena dirinya sudah cukup lama berdiri mengobrol dengan Dwi di pinggir jalan,
"Lo lupa, apa kata gua kemarin?"

"Apaan? Ga inget gua,"

"Dasar nenek-nenek!" Ledeknya

Dari rumah bercat Hijau itu, keluar wanita paruh baya dengan celana katun hitam dan baju kuning lengan pendek dengan rambut yang diikat satu.

"Loh, siapa itu Nay?" Tanyanya

"Eh.. bukan siapa-siapa Bu," jawab Nayla cengengesan menatap Puspa yang baru keluar dari rumah, ini yang Nayla takuti, ini alasannya kenapa Nayla menyuruh Dwi cepat pulang.

Nayla membalikkan badannya dan menatap tajam ke arah Dwi, "Pulang kak pulang! Pulang sekarang lo!"

Bukannya menuruti perkataan Nayla, Dwi malah bergerak menurunkan badannya dari jok motor, lalu berjalan menghampiri Puspa,

"Permisi, selamat sore tante," Ujarnya mencium tangan Puspa

"Namanya siapa?"

"Ga punya nama Dia mah Bu," Sela Nayla yang juga ikut mencium punggung tangan Ibunya,

"Nayla, sama tamu harus sopan!"

"Dwi, tante, kakak kelas Nayla, tadi kebetulan Nayla pulang sendirian, jadi Dwi anterin aja," Jelasnya tanpa di minta,

"Ohh Dwi, masuk nak Dwi,"

"Maaf tan, bukannya nolak, tapi udah sore, mungkin lain waktu, Dwi, akan mampir,"

"Wah sayang sekali, padahal tante masak banyak loh,"

"Maaf tante, mungkin lain waktu,"

"Ya sudah, terimakasih ya Dwi,"

"Iya tante sama-sama, kalo begitu, Dwi pamit ya, permisi," Ujarnya mencium punggung tangan Puspa,

"Pulang ya Dek," pamitnya pada Nayla,

"Hemm."

"Hati-hati nak Dwi,"

Tin! Bersamaan dengan bunyi klakson terdengar, Dwi sudah melajukan motornya.

---

"Kata ibu, kamu pulang ga sama Akbar, tapi dianterin sama kakak kelas kamu," Ujar Bambang yang sedang membaca koran. Bagi Bambang, membaca koran tidak hanya pagi hari, tetapi semua waktu, malam pun jadi.
Ini nih, begini, males banget gua. Batin Nayla

"Iya,"
"Kenapa?" Tanya Bambang

"Kanapa apanya, Pa?"

"Kenapa tidak pulang dengan Akbar?"

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang