🍃37. -istiqomah-

2.7K 147 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Taqobbalallaahu Minna wa minkum semuaaaa.. ga kerasa ya ramadhan sudah berlalu meninggalkan kita, dan lebaran sudah tiba. Gue minta maaf ya, kalau selama gue nulis mungkin banyak kesalahan, atau gue jarang update dan bikin kalian greget sendiri, pokonya gue minta maaf sebesar-besarnya sama kalian semua atas kesalahan-kesalahan gue. Semoga kebaikan-kebaikan yang kita lakukan dibulan ramadhan, bisa kita lakukan di bulan-bulan biasa juga ya, aamiin.

Eh, btw ada ga sih, cowok yang baca cerita ini? Kalau ada komen dong, pen tau aja.

Sekali lagi, Selamat hari raya idul Fitri 1439H.

------------------------------------------------------------------------
S

elamat Membaca
------------------------------------------------------------------------

"Jadi ini yang dinamakan sakit tapi ga berdarah," gumam Nayla sambil berlari pergi secepat mungkin,

Nayla mengehentikan langkahnya, mengatur nafas.

Kini dirinya tengah terduduk menyender pada dinding koridor depan sekolah dengan kedua kaki yang diluruskan kedepan.

"Pasti gua salah liat, harunya tadi gua mastiin dulu, itu pasti bukan Arjuna," Ujarnya tanpa sadar,

"Tapi masa gua salah liat? Tapi masa iya tadi Arjuna? Aaa ini kenapa mata gua ada airnya gini sih," tuturnya yang kini sedang mengusap wajah secara kasar,

"Lo ga salah liat, itu memang gua,"

Suara itu berhasil membuat badan Nayla menegang, aktivitasnyapun terhenti, tetapi masih dengan pandangan menunduk,

"Gua harap, Lo ga usah hubungi gua lagi, apalagi sampai deket-deket sama gua,"

Rasanya ada sesuatu tajam yang menghujam hati Nayla. Nyeri sekali.

Perlahan Nayla mengangkat kepalanya, menatap si pemilik suara yang sudah ia ketahui siapa orangnya. Tetapi Nayla berharap, jika ia hanya salah dengar saja.

"Kenapa?" Nayla bertanya dengan ragu, Harapan Nayla pupus, itu memang Arjuna,

"Gua udah bosen sama Lo,"

Sert..
Hatinya seperti di terjunkan dari ketinggian.

Jadi.. ini.. alasan Arjuna tidak membalas pesannya, juga tidak mengangkat teleponnya, dan berprilaku aneh kemarin.

Nayla tertawa hambar, "bosen? Gua mainan atau barang?" Tanyanya,

"Mainan,"

Nayla tertawa lagi, "gua rasa, cewek baper itu ga ada, yang ada laki-laki kelewatan ngasih harapan,"

"Gua udah cukup sabar nunggu Lo, Nayla, dan Lo jual mahal sama gua,"

"Gua nyesel dihati ini ada rasa buat Lo, gua nyesel kenal sama orang kayak Lo," sesal Nayla

Arjuna yang berada di depannya seketika terdiam,

"Omongan Lo selama ini itu cuma kayak settingan para artis tau ga? Sandiwara! Aneh, kenapa cowok selalu begitu, janji akan tunggu, tapi ninggalin. Bilang cuma ceweknya seorang yang dia suka, tapi ternyata? Ada yang lain,"

Arjuna memasukkan tangannya ke dalam saku celana birunya, "Lo bener, itu semua cuma sandiwara, yang gua lakuin selama ini ke elo cuma pura-pura, gua ga pernah suka sama Lo Nayla. Lo itu terlalu mudah jatuh cinta sama orang. Oh iya ini penting, gua sangat suka mempermainkan orang bodoh,"

"Apa alesan Lo ngelakuin ini ke gua?" Dengan berat Nayla bersuara, ia benar-benar menahan nafasnya lalu menghembuskan dengan perlahan agar air matanya tidak menitik,

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang