🍃50. -Istiqomah-

2.9K 185 7
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

------------------------------------------------------------------------
Selamat membaca
------------------------------------------------------------------------

Mata Nayla terus menitikkan air mata, pintu kamarnya ia tutup rapat-rapat, tak ingin membuat kedua orangtuanya khawatir.

Dirinya bingung harus bagaimana? Penyakit apa yang ia derita? Kenapa penyakit ini menghampiri dirinya?!

Bagaimana kalau ini penyakit Aids? HIV atau penyakit kelamin lainnya? Bagaimana kalau nanti gua ga bisa punya anak? Bagaimana kalau ga ada cowok yang mau sama gua karena gua seperti ini? Gimana?  Hatinya terus bertanya, pikiran buruk ini memenuhi otaknya.

Tapi penyakit seperti itu cuma terjadi sama yang udah ngelakuin hubungan badan aja, sedangkan gua? Gua kan ga pernah ngelakuin kayak begituan. Perotes batinnya, sambil kepalanya menggeleng.

Nayla menahan napasnya, menghapus sisa-sisa air matanya yang masih mengalir di pipi, "Gua ga boleh mikirin yang buruk-buruk, ini pasti cuma penyakit biasa, Astaghfirullah, ingat Nay! Maut, jodoh dan rezeki udah Allah tuliskan di lauhul Mahfudz sana, Astaghfirullah," ucapnya menyingkirkan pikiran-pikiran yang mendiami otaknya.

Nayla menegakkan badannya dari kasur, berniat ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Jarak antara pintu kamar mandi dengan kasurnya hanya lima langkah, tetapi kini terasa sangat jauh, karena dirinya kesulitan dalam berjalan, ya tentu saja itu semua karena rasa sakit di area kelaminnya.

Nayla mulai menggelar sajadahnya, jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, masih terngiang di ingatan Nayla saat ia dengan sok tahunya menasehati Adam tentang salat yang laki-laki itu lakukan, tapi ternyata kini ia laksanakan.

Nayla juga masih ingat perkataan Bu ustadzah, saat ia ikut mengaji dengan ibunya di Musala dekat rumah, beliau berkata, "jama'ah, saya mau tanya nih, para jama'ah Dhuha-nya di jalankan ga?"

Para jama'ah waktu itu ada yang menggeleng juga mengangguk, dan Nayla termasuk yang menggeleng.

"Alhamdulillah kalau dijalankan, dan untuk yang tidak, kenapa tidak dijalankan? Sayang sekali. Padahal kan, dijelaskan, dalam hadis riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, 'Barang siapa yang menjaga salat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.'"

Sejak saat itulah, Nayla tidak pernah absen melaksanakan salat sunnah Dhuha.

-Istiqomah-


"Sudah salat magrib?"

Nayla mengangguk, "udah, lima menit sebelum ibu dateng,"

Puspa mengangguk-angguk, lalu duduk di kasur Putrinya, "Kita ke Klinik ya?" Sudah dua hari sejak kemarin, Puspa selalu membujuk Nayla,

Nayla kini tengah terbaring lemah di kasurnya, sakit gatal dan perih di kelaminnya itu membuat dirinya terus memikirkan hingga pusing menyerang,  juga membuatnya kesulitan untuk berjalan, matanya pun terasa sakit karena terus menangis.

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang