🍃48. -Istiqomah-

2.8K 230 14
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Plis bngett saya mohon, kalian play videonya, suaranya MashaAllah 💗

Terimakasih buat yang masih setie ame cerite ini, love. Gue ga nyangka bisa sampe siniii *terharu* terimakasih buat kalian yang udah vote & komen, tanpa kalian gue ga ada semangat buat lanjutin cerita ini, beberapa bagian lagi kita akan berpisah dengan Naylaaa *nangis*

Niatnya mau ngomong 'saya' kenapa jadi 'gue' lagi sih. Aduuh maaf yaaaa.

------------------------------------------------------------------------
Selamat membaca
------------------------------------------------------------------------

Bunyi bell pulang sekolah terdengar nyaring.

Nayla sudah keluar dari kelasnya dan kini tengah berada di depan koridor kelas IX.2, ia sedang menunggu seseorang.

Saat para murid kelas tersebut keluar berhamburan, Nayla segera mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia tunggu.

"Adam," seru Nayla seraya melangkahkan kaki menghampiri,

"Nih, buku Lo," ucap Nayla saat sudah berada di depan Adam,

"Sudah selesai membacanya?" Tanya Adam,

Nayla mengangguk, "makasih ya,"

"Sama-sama."

Nayla mengangguk, kemudian ia berbalik badan berniat pergi, tetapi ia ingat sesuatu, Hingga membuatnya membalikkan badan kembali.

"Dam, Lo nanti ke rumah, kan?"

Adam menganggukan kepalanya sebagai Jawaban.

"Ya udah sampai ketemu di rumah, gua duluan ya," pamitnya, mereka memang tidak pernah pulang bersama,

Nayla memutar badannya berniat pergi, tetapi..

Sendi-sendi dalam tubuh Nayla seketika terhenti, kakinya seperti enggan untuk bergerak. Walau hanya sesaat tetapi Nayla melihat, jika laki-laki yang berada lima langkah di depannya itu, tadi memandang ke arahnya. Tetapi beberapa detik kemudian, laki-laki itu mengalihkan pandangannya.

Gua perlu minta maaf ga sih? Batin Nayla bertanya,

Ngga usah deh, tengsin gua. Kilah hatinya.

Nayla menghembuskan napasnya, sepertinya kakinya sudah bisa untuk bergerak, Nayla berjalan, melewati dia, laki-laki yang dulu selalu berjalan bersamanya, sedangkan kini hanya untuk bertegur sapa saja tidak.

Ya, siapa lagi? Tentu saja laki-laki itu adalah Akbar.

Yang Adam ajarkan bukan hanya cara membaca iqro, hukum tajwid, dan seputarnya saja, tetapi ilmu lainnya yang ia ketahui ia beritahu untuk Nayla.

"Saya senang," ujar Adam tiba-tiba,

"Senang karena ga bakal ngajar gua lagi?" Ya, hari ini memang adalah hari terakhir Nayla di ajari oleh Adam,

"Soudzhon aja kamu tuh, ga baik itu,"

"Iya-iya maaf, terus maksudnya senang gimana?"

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang