Malam datang kembali, matahari telah berganti mejadi bulan.
Nayla sedang berada di kamarnya, baru saja selesai membersihkan.
Ia terduduk di kasur, dengan kado-kado yang terletak di depannya, berniat untuk dibuka.
Nayla mulai memilih kado, matanya membaca tiap nama pengirim dari kado-kado untuk dirinya itu, matanya tertarik pada salah satu kado, dengan kertas kado berwarna hijau, dan tanpa nama pengirim.
"Dari siapa nih? Menarik, yang ini aja deh," gumamnya sambil mengambil kado dengan kertas berwarna hijau itu.
Brek.. Brek..
Bunyi kertas kado yang ia sobek menjadi sumber suara dikesunyian malam ini.
"Gila! Kado dari siapa ini? Masa ngado kayak beginian?!" Gerutunya kesal dengan kado yang orang berikan kepada Nayla.
Kado itu berisikan satu buku iqro berukuran sedang, serta kerudung rawis segiempat yang berwarna putih dengan dua buah peniti.
"Ga banget kadonya, ga kepake, iuh!" kesalnya, Nayla menaruhkan kembali isi dari kado itu ke dalam kardusnya dan melemparkannya ke sembarang arah.
Selanjutnya Nayla membuka kado-kado yang lainnya,
Kado dari teman-temannya, dan juga teman-teman ibunya.
Hampir semua kado Nayla sukai, ada yang memberi handuk, peralatan sekolah, peralatan mandi, baju, dan lain sebagainya, kecuali kado yang ia buka pertama itu, sangat jauh dari kata suka bagi Nayla.
Hingga tertinggal satu kado lagi, dari orang yang sedikit spesial bagi Nayla. Kado itupun baru di terima tadi sore.
Nayla tersenyum sembari memegang kado itu, matanya ikut terpejam, lalu tak lama,
Brek..
Dengan sekali robekan, kado pun sudah terbuka. Dan terlihatlah sebuah kotak berwarna hitam yang berisikan sebuah jam tangan berwarna biru dongker berbahan kulit,
"Wah.. Bagus banget," Ujarnya sambil segera mengenakan jam tangan tersebut di tangannya.
Kulitnya yang putih membuat jam sangat cocok berada di tangannya.
Drt.. Drt..
Ponsel yang berada di sampingnya bergetar, tedapat notifikasi pesan masuk.
Kak Dwi : Selamat malam. Jangan lupa belajar , besok ulangan! Oh iya, semangat Nayla❤
Nayla tersenyum membaca pesan singkat itu.
---
Pagi ini adalah pagi yang berbeda, sarapannya tidak diisi dengan perbincangan seperti biasa, tetapi hanya dentingan sendok dengan piring saja yang terdengar.
Hati Nayla masih menyimpan perasaan kesal terhadap orangtuanya, karena mereka lebih mendengarkan perkataan Akbar ketimbang dirinya yang berstatus sebagai anak.
"Sholat ga tadi Nay?" Tanya Bambang berusaha mengisi percakapan,
Nayla tidak menyahut, hanya mengaggukkan kepalanya, walau pada kenyataannya dirinya tidak melaksanakan sholat.
"Kemarin kemana? Ko pulang sore?"
"Main,"
"Sama Nak Dwi kan, Nay? Soalnya kemarin Nak Dwi kemari, dan izin mau ajak kamu main," kali ini Puspa yang bertanya,
Lagi, Nayla tidak menyahut, ia hanya mengaggukkan kepalanya saja, sembari menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Bambang dan Puspa saling tatap, lalu memejamkan mata sembari menghela napas.
"Assalamualaikum," Ucap suara dari depan pintu sana.
"Waalaikumsalam," Balas Puspa dan Bambang, kecuali putrinya Nayla.
Nayla meminum air putih yang berada di depannya hingga habis setengah gelasnya, lalu menegakkan badannya dan mengenakan tas yang hanya berisikan papan ulangan dengan satu buah pensil dan penghapus itu dipundaknya.
Nayla meminta tangan Puspa dan Bambang, lalu mencium punggung tangan itu bergantian. Dan pergi menuju pintu rumah tanpa mengatakan sepatah katapun.
Puspa dan Bambang pun mengikuti Nayla dari belakang,
Pintu Nayla buka, dan terlihatlah Akbar di sana.
Nayla hanya menatap Akbar lalu melanjutkan langkahnya pergi,
"Berangkat Om, Tante, assalamualaikum." Pamit Akbar sembari mencium Punggung tangan Puspa dan Bambang secara bergantian, kemudian dirinya berjalan dengan cepat menyusul Nayla yang sudah berada cukup jauh di depannya.
Suasana sangat berbeda, biasanya saat diperjalanan menuju tempat menunggu angkot, akan diisi oleh ocehan-ocehan tidak berguna Nayla, yang lebih sering seperti penyiar radio dengan Akbar sebagai pendengarnya.
Tetapi kali ini Nayla ikut terdiam, mulutnya seakan membisu seperti Akbar.
Kentara sekali sikap Nayla berubah seperti ini karena perbuatan Akbar di malam ulangtahunnya.
Akbar mengetahui hal itu, tetapi dirinya enggan meminta maaf, karena baginya, ia tidak salah apa-apa, ia hanya memberi tahu yang sebenarnya.
Mereka telah sampai ditempat biasa menunggu angkot, kali ini mereka beruntung, karena baru saja menunggu beberapa detik, mobil berwarna merah itu sudah datang.
Sesudah turun dari angkot pun, saat perjalanan menuju ke sekolah, masih belum ada percakapan ataupun sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya, mereka berjalan seperti gerbong kereta, dengan Nayla yang berada di depan sedangkan Akbar mengekor di belakang.
Kritik dan saran sangat di butuhkan.. Jangan lupa klik bawah bagian pojok kiri.. Utarakan juga sedikit perasaan kalian saat membaca cerita ini;)
Ayoo.. kalian team siapa? Akbar Nayla, atau Dwi Nayla?🍃kedungwaringin,1Maret2018.
Revisi 22januari2019
Revisi 2, 14april2021Salam sayang untuk kalian😚
Ambil baiknya, jadiin renungan yang buruknya.. Syukron . Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah[Sudah Terbit]
Spiritual[Spiritual FiksiRemaja] #109dalamspiritual=>8juli2018 SEMUA PERISTIWA, KEJADIAN, LATAR, NAMA TOKOH, KONFLIK DLL, SEMUANYA MURNI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. DILARANG MENGOPY. CANTUMKAN SUMBER JIKA INGIN MENGUTIP. Nayla nurjanah, Gadis yang sangat susa...