🍃11. -Istiqomah-

4.8K 269 10
                                    

Rezeki itu, ga boleh ditolak.

---
Jam menunjukkan pukul 12 siang, yang pertanda jam pelajaran ke lima. Waktu istirahat kedua masih tiga puluh menit lagi.

Nayla sedang berada di koridor depan kelas, matanya menatap lekat pada handphone yang tengah berada dalam genggamannya.

"Nay, nanti jangan pulang dulu! Kita kerja kelompok," ucap Doni, yang tiba-tiba datang dan sekarang duduk di samping Nayla.

"Tugas? Kelompok? Tugas kelompok apaan Don? Emang ada tugas gitu?" Nayla menatap Doni sambil menautkan kedua alisnya, ia memcoba mengingat-ngingat tugas apa yang dimaksud Doni.

"Senibudaya! Sekarang udah senin pertama pertama di bulan april, senin kedua kita praktek,"

"Ohh, yang nyanyi itu kan ya? oke-oke, nanti gua bilang ke Akbar dulu biar ga ditinggalin,"

"Iya, itu lo inget. Si Akbar suruh pulang duluan aja,"

"Kalo lo ngga bilang, gua ngga bakal ingett. Ga! Kalo si Akbar pulang duluan, gua pulang sama siapa, onta?!"

"Kan banyak mobil Nay, angkot, bus, truk, tinggal pilih mau yang mana" ujar Doni terkekeh, "lagian si Akbar kasian kalo harus nungguin lo dulu mah," lanjutnya.

Nayla terdiam sebentar, memikirkan ucapan Doni, benar juga, kasian Akbar kalo harus nungguin gua dulu mah, Ucap Nayla dalam hati.

"Hmm.. iya ya.."

"Iyalah! Ke lapangan yuk? Bu Dena ga ada, ga dikasih tugas juga, main voli lah bentar," Ajak Doni, yang sekarang sudah berdiri meneggakkan badannya bersiap melangkah pergi kearah lapangan.

Yah, Bu Dena, guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama itu memang jarang sekali masuk, selama Nayla menjadi siswi di sekolah ini pun, dirinya belum pernah berpapasan dengan guru yang bernama Bu Dena itu, Nayla hanya mengenal Bu Dena dari cerita dan foto yang pernah Tasya beritahu saja.

"Ketua kelas  macam apa lo? Ngajakin gua bolos jam pelajaran!"

"Mau ga lo?" Tanya Doni tanpa berbasa-basi

"Ayo deh, boleh hehe," Nayla menegakkan tubuhnya, bersiap bergerak berjalan bersama Doni menuju ke lapangan. Tetapi langkahnya terhenti, saat tubuhnya berdiri sambil membalikkan badan, Nayla menabrak Aisyah

"Astaghfirullah, afwan Nay, afwan jiddan." Ucapnya seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil menganggukk-anggukkan kepalanya dengan mata tertutup.

"Naylaaaaaaaaa cepetan!" Teriak suara dari arah lapangan. Yap, siapa lagi? Doni sudah tidak sabar rupanya untuk menyalurkan hobi yang sama dengan Nayla itu.

"Gua ga ngerti lo ngomong apaan, tapi dari bahasa tubuh lo, sepertinya lo minta maaf ya? Doni udah nungguin gua dan teriak-teriak noh! Gua duluan ye. Dahh Aisyah!" Ucap Nayla, seraya berlalu pergi.

"Gua tuh kadang suka mikir gitu Don, lo kalo di dalem kelas paling sensitif banget, serius, galak lagi, tapi kalo di luar, lo sompral banget, rese malah!"

"Lo ngomong sama gua?" Kesal Doni,

"Ye onta! Lo marah? Ga sabaran dasar! Nih ya, kata guru Paud gua, Orang sabar disayang pacar!"

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang