🍃17. -Istiqomah-

4K 224 21
                                    

Kebersamaan Nayla dengan Akbar selama ini, berhasil membuat Nayla mengerti bahasa tubuh Akbar.
"Bentar lagi gua ulangtahun!" Beritahu Nayla dengan semangat empat lima enam. eh, maksudnya semangat empat lima! bak pejuang kemerdekaan.
Memberitahu ulangtahunnya kepada teman-temannya memang menjadi kebiasaan bagi Nayla ditiap tahunnya, tujuan yang ia lakulkan dari aksinya ini adalah, agar mendapatkan kado.
"Oh,"
Mendengar respon dari orang yang berada di depannya itu yang tidak lain adalah Akbar hanya satu kata dengan dua huruf, membuat raut wajah Nayla yang tadinya sumringah sekaligus semangat seketika berubah, hidungnya terangkat sebelah, matanya membesar, mulutnya menganga.
"Oh? Cuma oh doang, respon lo, Bar? Ga ada kata lain gitu?"
"Kamu mau saya merespon bagaimana?"
"Ya seenggaknya, lo nanya gitu Bar, nanya  ulangtahunnya kapan Nay? ulangtahun keberapa Nay? Di rayain ga Nay? Atau mungkin lo bisa nanya begini , mau di kadoin apa Nay?"

"Tidak penting, di Islam tidak ada yang namanya ulangtahun,"

Tidak penting? Sialan ni anak! Gerutu Nayla dalam hati,
Nayla mengambil nafas dalam, lalu menahannya untuk berkata pada Akbar, "Apaa lo bilang?!"
"Mankannya ikat rambut kamu, biar kamu tidak tuli,"
Lagi, respon dari orang yang berada di depannya itu semakin menyebalkan.
"Gua ga tuliiii!" kata Nayla berteriak di samping telinga Akbar,
Perbuatan Nayla sontak membuat Akbar menghentikan langkahnya, laki-laki itu kini menutup telinganya dengan tangan yang sesekali menepuk pelan bagian luar telinga.
"Kamu jangan dekat-dekat dengan saya, kita bukan mahram!"
"Abisnya lo ngeselin! Pake ngatain gua tuli segala! Bodo amat bukan muhram-mahram juga,"
"Saya berbicara fakta, tadi kamu meminta saya mengulang ucapan saya kan?"
"Ih! Lo tuh ya, Bar! Maksud gua bukan gitu! Maksud gua tuh.. Ah udah lah, pokoknya lo Ngeselin! Benci gua sama lo!"
"Kamu aneh sekali,"
"Lo ngatain gua aneh? Hallo! Ga salah kata tuh? Lo yang aneh kali, Bar! Kalo ngomong ga pernah liat muka, jalan selalu pengin di depan perempuan! Lebih suka ngomong pake gerakan tubuh dari pada kebanyakan orang umum!" Kesal Nayla menyebutkan perilaku Akbar yang menurutnya aneh.
"Semakin tidak jelas, saya duluan." Ujar Akbar yang merasa heran dengan apa yang sebenarnya Nayla maksud dan inginkan.
Sebelum melanjutkan langkahnya, Nayla menatap punggung laki-laki menyebalkan bagi dirinya itu, Nayla menarik nafas, "Pokoknya lo harus kasih gua kado! Titik! Ga pake koma!" Teriak Nayla,
"Saya tidak dengar."
Nayla menghentakkan kakinya ke jalanan, gemas. Ralat, maksudnya, kesal.
---

Dentingan suara sendok dan piring yang beradu, begitu terdengar, tak ada suara lain kecuali suara dentingan benda itu.

Perlahan makanan yang berada di tiap piring yang sedang menyantap semakin berkurang dari isi awalnya,

Tepat, saat sendokan terakhir sudah ia santapkan ke dalam mulut. Ia menyodorkan tangannya ke tengah meja makan, berniat mengambil gelas yang berisi air putih, untuk ia minum.

"Kenyanggg.." Ungkapnya setelah selesai makan dan minum.

"Harusnya ngucap syukur, Nay," Nasehat Bambang,

"Alhamdulillah," Kata Puspa yang baru saja menyelesaikan makananya,

"Nah, itu, kayak ibu tuh. Kita ini harus sering-sering bersyukur sama Allah, masih bisa nafas, masih bisa makan minum kayak sekarang,"

"Iya Pa,"

"Pimpin baca Do'a sesudah makan Nay," Perintah Puspa,

Mendengar ucapan Puspa, Nayla langsung memperbesar matanya, itu berlangsung hanya tiga detik saja, ia berusaha menormalkan kembali mimik wajahnya,

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang