Sepulang dari sekolah, Farrel tidak langsung mengantar Gita ke kos-an cewek itu, melainkan mampir ke kafe Hihi yang berada tak jauh dari sekolah mereka. Karena Farrel tau, obat paling manjur agar Gita tidak ngambek lagi adalah Lemon Squash.
"Eh iya, Ta, semalem kan gue tanya ke grup anak futsal gitu-"
Gita memotong, "Tanya Apaan?"
"Gue tanya gini, kos cewek di daerah sini yang murah dimana ya? Terus temen gue ada yang bilang, ada di jalan Bangka. Ya gitu, gue tanya-tanya ke dia, soalnya pacar dia kos di sana juga. Akhirnya, gue dikasih kontak yang punya kos. Lo hubungin, gih. Ntar kita mampir ke sana."
"Ha? Lo ngomong apa, Rel? Sori-sori, barusan gue masih pake earphone."
"Sumpah, lo ngeselin, Ta. Pengin gue bungkus terus gue kirim ke Antartika biar dimakan beruang kutub."
Gita hanya tertawa menanggapinya sambil mengambil alih ponsel Farrel. "Sini-sini, mana nomernya biar gue telepon."
[12.08.17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Cerita PendekGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...