Pagi hari, Gita dikagetkan dengan suara gedoran keras di pintu kamarnya.
Masih hanya dengan tanktop dan hot pants yang semalam dijadikan piyama, Gita membuka pintu kamarnya.
"Ada aapaa?"
"Shit."
Mendengar suara itu, mata Gita yang masih mengantuk langusng terbuka lebar.
Ngapain Faisal ke kamar gue?
"Loh, kok elo?" Tanya Gita. Ia memperhatikan tampilan Faisal yang sudah rapih dengan seragam sekolah cowok itu.
"Lo nggak malu cuma pake begituan di depan gue?"
Gita menunduk melihat pakaian yang dikenakannya. "B aja sih, dulu juga kalau lo ke rumah gue, gue selalu pake beginian."
"Itu pas kita masih kelas 8, Git."
"Terus?"
"Sumpah. Gue cowok normal—"
"Tapi kata lo kan gue tepos, jadi nggak akan ada masalah kan?"
"Seenggaknya lo pake jaket, atau hoodie."
"Kan gue barusan bangun."
"Cerewet lo. Buruan mandi, lo berangkat bareng gue."
Setelah itu Faisal langsung menutup pintu kamar Gita dari luar dan berjalan ke teras depan.
[27.08.17]

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
ContoGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...