Gara-gara ucapan Farrel, Gita tidak bisa tidur.
Gara-gara ucapan Farrel, Gita jadi kepikiran hal-hal apa saja yang ia lakukan bersama Faisal akhir-akhir ini.
Gara-gara ucapan Farrel, Gita jadi bertanya-tanya, apakah Faisal benar-benar kembali... menyukainya.
Gara-gara ucapan Farrel, Gita jadi bertanya-tanya pada hatinya, sebenarnya, perasaannya ini untuk siapa.
Dan semua pikiran-pikiran itu berhenti kala dering teleponnya berbunyi. Gita menatap layar ponselnya beberapa detik sampai ia sadar bahwa ia harus mengangkat telepon itu, telepon dari Faisal.
Panjang umur ni anak, baru juga dipikirin.
Gita jadi salah tingkah sendiri.
Sampai suara berat Faisal terdengar dari ponselnya. Gita memejamkan matanya sejenak. Memikirkan apakah ada kemungkinan Faisal kembali memiliki perasaan terhadapnya lagi, seperti dulu.
"Gita, gue lagi di depan pintu kamar lo. Mau ngetuk nggak enak, tengah malem gini."
Gita terlonjak, memutuskan panggilan dan buru-buru membukakan pintu kamarnya. "Eh, kenapa, Sal?"
"Lo nggak kebangun gara-gara gue telpon barusan, kan?" Faisal jadi tidak enak pada Gita. Wajah cewek itu terlihat lelah.
Gita menggeleng. "Emang belum tidur kok gue."
"Lo sakit?"
Gita menggeleng sekali lagi. "Nggak kok. Cuma lagi kepikiran sesuatu aja." Mikirin perasaan lo, nih, Sal. Dasar, bikin gue nggak bisa tidur.
"Jangan kebanyakan mikir yang nggak begitu penting, Git. Ntar lagi ujian. Dari pada lo malah drop. Istirahatnya yang cukup, jangan banyak makan micin. Ntar lo goblok." Cowok itu mengacak rambut Gita yang memang sudah berantakan.
Sesuatu dalam diri Gita berdegup kencang. Plis, jantung gue biasanya nggak se-kenceng ini detaknya.
"Gue mana bisa istirahat cukup, sih. Tugas sama lks numpuk kayak gunung. Kesel gue."
Faisal tertawa kecil melihat ekspresi Gita. "Emang harus pinter bagi waktu."
"Eh iya, lo ada kepentingan apa ya kemari?"
"Oh iya. Tadi gue abis futsal. Terus, baliknya lewat warung geprekan, keinget elo. Jadi, gue beliin." Faisal memberikan nasi bungkus itu pada Gita. "Dimakan, ya."
Sumpah, Gita nggak bo'ong, muka Faisal keliatan salting.
Tadinya, Gita hampir salting juga. Tapi buru-buru ia tutupi. "Wah, parah. Lo sengaja ngasih gue makan tengah malem begini, mau bikin gue gendut ya?" cewek itu tertawa renyah. "Tapi thank's ya, udah inget-inget makanan kesukaan gue, hehe."
"Gue 'kan bukan pelupa."
"Tanggal jadian kita dulu masih hapal nggak lo?" tanya Gita bercanda.
Namun dengan cepat Faisal menjawab. "Inget, 22 November. Terus, putusnya 13 bulan kemudian, tanggal 13 Februari."
"Anjir lah, gue aja udah lupa, Sal. Ingetan lo nggak bisa diraguin lagi, percaya gue."
"Kapan kita ciu-"
Gita mendelik. "Bege, nggak usah diterusin. Yang itu nggak lupa gue."
Faisal nyengir lebar. Pipinya memerah. Gita masih inget. "Ya udah, gue ke kamar dulu ya. Dah."
"Sekali lagi makasih, ya Sal. Lo masih sayang gue kayaknya," gumam Gita ketika Faisal sudah berjalan beberapa langkah menjauhinya.
"Memang masih, Gita."
Dan ternyata Faisal masih mendengar gumaman Gita.
22.10.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Short StoryGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...