10

408 16 4
                                    

Farrel ingin semuanya selesai. Ia nggak mau lagi berurusan dengan Gita, maupun Faisal. Rasanya udah cukup buatnya. Maka dari itu, dengan keputusan final-nya, Farrel mengajak Gita bertemu dirinya di sebuah kafe, juga mengajak Faisal, tanpa sepengetahuan Gita tentunya. 

Maka itu, siang ini Farrel udah stay di sebuah kafe, menanti Gita datang. Beberapa menit kemudian, Gita datang dengan wajah yang bertanya tanya. "Halo, Ta." Farrel menyapa, ketika Gita sudah duduk di hadapannya. 

"Kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan di sini, Rel?" tanya Gita. 

"Mau ngomong sesuatu, maaf ya ganggu lo siang-siang bolong begini," ujar Farrel. "To the point aja, gue cuma mau bilang kalau gue mau kita udahan. Udahan yang bener-bener udahan, Ta. Jadi lo bisa balik lagi sama Faisal tanpa gue jadi beban elo. Gue tau,  Faisal jelas lebih bisa memahami elo daripada gue. Makanya, kalau saingan gue Faisal, nggak sebanding, Ta, mending gue aja yang mundur."

Gita mengerutkan dahi dan tertawa hambar. "Lo kesambet setan apaan, sih, Rel? Are you good, bro?" 

"Gue oke kok, nggak lagi kesambet. Gue seratus persen sadar." Farrel mencoba merilekskan tubuhnya walaupun tangannya di bawah meja sudah terkepal sejak tadi.

"Gue nggak paham maksud lo gimana, Rel. Lo mau kita udahan kenapa, sih? Lo masih cemburu sama Faisal, hah? Oke, gue bisa aja nggak kontakan sama dia, tapi lo tau kan, kosan gue punya nyokap dia, Rel. Gue satu rumah sama dia. Nggak bisa kalau lo harus nyuruh gue ngejauhin dia."

Farrel menghela napas panjang. "Lo bisa, Ta, sebenarnya. Tapi lo menolak untuk jauh dari dia. Gue tau lo, Ta."

"Rel, nggak usah bahas--"

"Kita tetep udahan--Sal, sini!" Farrel melambaikan tangan ketika matanya menangkap sosok Faisal yang agaknya kebingungan mencari dirinya. "Duduk aja, Sal."

Gita menegang. Semakin tidak paham dengan pemikiran Farrel yang dengan seenaknya mengundang Faisal kemari. "Kok ada Gita juga?" Faisal bertanya, bingung. 

 "Gue udahan sama Gita. Jadi kalau lo mau sepik dia, silakan," kata Farrel tanpa basa-basi lagi. Ia membuat jokes namun dari dua orang di hadapannya ini nggak satupun yang ketawa. 

Faisal tersedak salivanya. "Gimana ya, bilangnya. Jadi... gue udah ada cewek, Rel." Cowok itu melirik Gita dan Farrel bergantian, keduanya jelas sedang menampakkan wajah kaget mereka. "gue nggak ada niat buat balik sama Gita, Rel. Gue sayang sama dia karena dia sahabat gue, sama kayak lo," katanya ringan. Sedang Gita, gadis itu jelas saja hatinya segera mencelus mendengar penuturan Faisal. "Maaf banget, gue nggak bisa lama-lama, Intan nunggu gue." cowok itu menunjuk seorang gadis yang berdiri di depan kafe sembari memainkan ponselnya.

Sepeninggal Farrel, Gita hanya diam, menatap kosong. Farrel bangkit, berpindah duduk di sebelah gadis itu lalu merengkuhnya. "Jangan nangis," katanya pelan. Ia membiarkan wajah Gita terbenam di dadanya, ia mengelus rambut Gita lembut. "Maaf, gue pikir, dengan bawa Faisal kemari, lo bakal bisa seneng. Ternyata gue salah." 

Gita tak menjawab. Isakannya mulai terdengar dan itu membuat Farrel tak tega. "Gita, udah." Ia berujar pelan. "Bentar ya, gue beliin--"

"Lo nggak salah, Rel. Ini salah gue. Lo pulang aja nggak apa-apa, gue mau sendiri dulu." Gita memaksakan senyum, mendorong pelan tubuh Farrel. "Lo kan ada kerkel sama Andi, sana, gih."

Farrel menggeleng pelan, ia menghela napasnya panjang. "Gita, gue nggak mungkin ninggalin lo sendirian dalam keadaan kayak gini."

"Gue yang minta, Rel. Seriusan gue nggak apa-apa. Gue lega, seenggaknya, lo nggak akan sakit hati lagi gara-gara gue," katanya. Ia menarik hidung Farrel pelan. "Cari cewek yang lebih baik dari gue ya. Gue dukung!"

Farrel bingung harus mengatakan atau melakukan apa saat ini, makanya dia hanya bisa tersenyum tipis sebelum berbalik meninggalkan Gita. 

6.11.19
Astagaa, aku kemana aja ga update2. Gila sih, setelah satu tahun baru ku update
Maafin ya:(

Sekali Lagi [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang