Dua hari lagi prom dilaksanakan. Farrel yang ditugasi mengisi acara bahkan belum tau ia mau menyanyikan lagu apa.
Sekarang ia sudah di balkon kamarnya, tempat favoritnya untuk berlatih. Selain di sana udaranya segar, ia bisa menatap langit malam bertabur bintang jika sedang bosan.
"Gita gita." Tanpa sadar, ia menggumamkan nama Gita. Omong-omong, sudah lama ia tidak berbicara secara langsung dengan cewek itu.
Sekali lagi, tangannya memetik senar gitar sedang mulutnya menyenandungkan lagu yang menurutnya, mengena di hati.
"Bulan terdampar di pelataran, hati yang temaram.
Matamu juga mata-mataku, ada hasrat yang mungkin terlarang.
Satu kata yang sulit terucap, hingga batinku tersiksa.
Tuhan tolong aku jelaskanlah, perasaan ku berubah jadi cinta
Tak bisa hatiku menafikan cinta
Karna cinta tersirat bukan tersurat. Meski bibirku terus berkata tidak, mataku trus pancarkan sinarnya."
Farrel berhenti bernyanyi. "Sejak kapan gue se-melakonis ini?"
Farrel berpikir, pada lirik-lirik selanjutnya jelas-jelas menggambarkan dirinya.
Sahabat jadi cinta. "Sayangnya, di sini gue yang jatuh cinta. Dianya enggak."
[27.09.17]

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Historia CortaGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...