[last part]

92 6 0
                                    

Waktu itu, Gita sama sekali nggak menyangka Faisal sudah milik orang lain. Selama ini, dia pikir cowok itu kembali menaruh rasa padanya. Rasa yang sama dengannya, yang selama ini juga ia rasakan. Intan gadis baik, lemah lembut, cantik, berprestasi, dan tentunya berhasil membuat Faisal jatuh hati.

Nggak, ini sama sekali bukan salah Faisal yang membuatnya terbawa perasaan. Ini salah Gita yang mudah sekali terbawa perasaan dan... Mungkin ini karma yang memang harus ia terima. Selama ini Farrel selalu ada di sisinya, siap memasang bahu ketika dia sedih, memasang telinga lebar-lebar saat ia butuh didengar, dan juga hati yang selama ini diberikannya secara cuma-cuma, dan Gita? Dirinya sama sekali tidak menghargai semua itu.  Menganggap Farrel hanya bercandaan. Padahal jelas-jelas Farrel tulus padanya.

Mungkin memang harus begini agar Gita bisa sadar kesalahannya selama ini. Ia harus belajar menghargai seseorang yang selalu ada untuknya. Karena nyatanya, setelah satu bulan menjauh dari Farrel, Gita merasa hampa. Nyatanya, ia butuh Farrel.

Ia merasa aneh ketika di sekolah yang biasanya mereka selalu bersama-sama, dikenal sebagai amplop dan perangko, namun sekarang mereka hanya bertegur sapa jika memang benar-benar diperlukan. Chat terakhir mereka pun sekitar dua Minggu lalu ketika mereka harus ada dalam satu kelompok pelajaran.

Menatap layar ponselnya, Gita kembali menimbang. "Apa harus, gue chat Farrel?"

Sudah hampir dua puluh menit ia mengetik pesan untuk Farrel dan beberapa detik kemudian ia menekan tanda silang.

"Farrel marah banget sama gue nggak sih? Dia selama ini udah nggak pernah ngajak ngomong gue di sekolah. Boro-boro ngomong, nggak sengaja tatap-tatapan aja langsung buang muka." Gita mengetuk-ngetuk ponselnya. "ya pasti dia marah banget lah, dodol! Farrel udah sayang sama Lo, Lo-nya sayang sama orang lain dasar oon!" Gadis itu merutuki dirinya. 

Baru saja ia menekan silang pada layar ponsel untuk menghapus pesan singkatnya pada Farrel, satu panggilan masuk ke ponselnya. Dari F-A-R-R-E-L!

Gita tersentak kaget, ia reflek melempar ponselnya yang akhirnya mendarat mulus di karpet bulu kamarnya. "Anjir, kok tiba-tiba sih?!" ia mengacak rambut, masih ragu untuk mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. 

Beberapa detik ia tidak mengangkat panggilan itu, dering ponselnya kembali terdengar. Kali ini ia memutuskan untuk menerima panggilan Farrel. Karena jujur aja, dia ingin tahu kenapa cowok itu tiba-tiba menelponnya. 

"Halo, Ta?" Farrel menegur karena tak kunjung mendengar suara Gita. 

"Eh iya, halo, Rel? Kenapa call?" 

Ada jeda sebelum Farrel berdeham dan menjawab. "Itu... dari tadi gue lagi buka roomchat kita, gue liat lo typing terus tapi nggak ada chat masuk. Lo mau ngomong sesuatu sama gue?"

Gita melotot. ANJIR!? Dari tadi Farrel liat gue typing delete typing delete?  Mau tenggelam, mamahhhh!

Tiba-tiba Gita sadar akan satu hal. "Bentar deh, lo ngapain mantengin roomchat sama gue?" 

Di sana, Farrel gelagapan. Mampus, mati gue! Farrel meruntuki dirinya. Nggak mungkin kan kalo gue bilang gue lagi read our old text karena gue kangen chatingan sama dia? Idih, mau taruh mana muka gue. 

"Ehm-tadi gue lagi bersih-bersih chat yang nggak penting mau gue apus. Terus giliran hapus chat sama lo deh--"

"Lo kangen kan sama gue?" Entah kenapa Gita mencetuskan kalimat itu, dia sendiri nggak sadar dan buru-buru meralat, "Nggak-maksudnya suara lo grogi banget keliatan lagi boong. Tapi kalau emang nggak kangen ya nggak masalah sih, kan nggak ada--"

"Iya emang gue kangen sama lo. Kangen chat sama lo dua puluh empat jam, kangen lo bawelin, kangen ke-randoman lo. Kangen manggil lo sayang." Farrel menghela napas panjang. "Jujur... gue mau kita kayak dulu lagi, Ta."

Gita benar-benar nggak paham lagi sama dirinya yang tiba-tiba sudah meneteskan air mata. Baperan lo, Ta! Ia memaki dalam hati. "Kenapa sih, lo nggak marah sama gue?"

"Gue pengin, Ta, marah sama lo. Tapi gue nggak bisa. Mau gue doktrin diri gue kalau lo udah naykitin gue-pun rasanya percuma. Gue selalu anggep lo nggak mungkin ada niatan buat nyakitin gue, lo pasti nggak sengaja kan ngelakuinnya."

"Gue... minta maaf, Rel--"

Di ujung sana, Farrel terkekeh pelan. "Udah ah, jangan  minta maaf gitu, berasa lebaran deh." Ia berusaha mencairkan suasana. "Main yuk, Ta?"

"Mau main apa sih emangnya udah sore begini?" Gita ikut terkekeh. 

"Main apa aja deh, asal sama lo. Gue kangen berat nih hampir sebulan nahan-nahan nggak ngomong sama lo." Setelah mengatakannya, pipi Farrel bersemu, Ia menatap layar ponselnya ragu. "Ta, jangan muntah dulu ya, gue nggak lagi gombal. Ini seriusan." 

Gita menggelengkan kepalanya. "Iya, Rel. Gue juga kangen gombalan receh lo." 

"Lima belas menit lagi gue jemput ya, gue mau siap-siap dulu."

"Eh, cepet banget? Tiga puluh menit dong, Rel!"

"Mau dandan ya lo? Udahlah, lo nggak dandan tetep cakep, Ta."

"Naon sih, Rel. Geli ih!" Gita menutup panggilan. Mendekap ponselnya di depan dada, pipinya memerah. Gita merasa sedang kasmaran. Farrel dengan semua keunikannya yang bisa membuat Gita tersenyum. Selama ini ia mengelak perasaannya, juga perasaan lelaki itu. 

Ia pikir, salah jika ia menaruh rasa pada sahabatnya itu. Ia pikir, perlakuan Farrel selama ini juga bukan karena lelaki itu naksir padanya. Gita memang perempuan. Dia paham kode-kode, namun ia selalu menyingkirkan pikiran bahwa Farrel sedang memberinya kode karena ia pikir mana mungkin  Farrel menaruh hati padanya.

Ia pikir Farrel hanya senang menggodanya. "Gue suka gemes liat lo blushing." Itu kata Farrel dulu. Maka itu, Gita selalu tidak terlalu memikirkan perkataan-perkataan yang dilontarkan Farrel. 

Saat ini Gita merasa lega. Setidaknya dia bisa kembali bertegur sapa dengan Farrel. Gita nggak berharap jadian dengan Farrel, iya pikir, buat apa juga jadian kalau mereka bisa bahagia dengan label sahabat. Gita udah cukup kok dengan tau perasaan masing-masing. 


***

GILAK AKHIRNYA KELAR JUGA INI CERITA! (9Sept'20 22.54)

Jujur, agak lupa kapan mulai cerita ini. Tahun 2018 gak sih pas awal aku SMA? hahaha gila, sekarang udah tahun terakhir aku di masa putih abu-abu. Sejujurnya, aku emang lama banget vakum di dunia tulis menulis, malah aku uninstall aplikasi wattpad dari hape aku. Kemaren, tetiba kangen berat ngetik! Buru-buru re-install wp terus kaget baca komen di bab sebelum ini. TERNYATA MASIH ADA YANG BACA WOI! Jujur terharu:( tengkyu so so much buat kalian yang baca sampe sini. Aku bakal bikin work baru so, see you and stay safe guys! luv u so much<3

Best regrads, 

Vania (yang galau tahun terakhir sma-nya malah school from home)


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekali Lagi [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang