Malam ini Gita uring-uringan. Pasalnya, gigi geraham yang sebulan lalu ditambalnya malah tarasa nyeri minta ampun.
Padahal, jam suah menunjuk angka sembilan. Mau ke apotek buat beli pereda nyeri juga belum tentu buka. Kecuali dia mau berjalan tiga kilometer buat ke apotek 24jam.
"Ayo dong, gigi, besok gue ada ulangan dua mapel. Nggak bisa buat nggak masuk." Gita mengelus pipinya. "Mana udah jam segini, anak kamar sebelah pasti udah pada tidur."
Tapi karena nyerinya tidak kunjung reda, Fia memutuskan pergi ke apotek 24jam dengan gojek, atau apalah yang penting nggak jalan kaki.
Gita membuka pintu kamarnya perlahan, lalu kembali menutupnya. Ia berharap gerbang depan belum ditutup jadi ia bisa keluar tanpa izin lebih dulu pada mama Faisal."Mau kemana, Gita?"
Gita menoleh, ternyata suara mama Faisal. "Eh? Itu tante, ke apotek."
"Udah jam segini, loh. Minta antar Faisal, ya? Cewek nggak baik malem-malem keluar sendirian."
Kalau dia bukan mantan saya sih nggak apa-apa, tante. Apalagi dia ngamukan.
Walaupun kyut.
"Nggak usah, Tante, Gita bisa naik ojek kok. Nggak enak sama Faisal, palingan dia udah tidur."
"Mau beli apa memangnya?"
"Asamafenamat. Sakit gigi, hehe." Gita nyengir.
"Oh, di kamar Faisal ada, Gita. Nggak papa kamu minta aja ke dia."
"Gita ke lantai dua gitu, te?"
"Iya, nggak apa-apa. Kan, tante yang ijinin."
Bukan masalah ijin, Te. Masalah ketemu Faisal kalau lagi topless gimana?
"Udah, sana daripada kamu nggak bisa tidur." Mama Faisal sudah menodorong tubuh Gita ke arah tangga. "Ketuk aja pintunya, dibukain kok."
"Hehe, oke te. Doain Gita."
"Kenapa?"
"Gita suka jatuh kalau naik tangga malem-malem."
Doain dia lagi tidur. Jadi nggak dibukain. Gapapa deh begadang.
[15.09.17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Cerita PendekGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...