[33]

1.3K 158 6
                                    

Setelah menarik dan membuang napasnya, Gita melangkah lebih dekat ke arah pintu kamar Faisal. Karena sudah cukup larut, yang terdengar hanyalah suara tangannya mengetuk pintu kamar Faisal walau pelan.

"Sa—"

"Siapa yang ngijinin lo naik kemari?" Tanya Faisal sarkas.

"Nyokap lo," jawab Gita masih memegangi pipinya.

Brak!

"Ya Allah, Sal. Gue belum bilang maksud dan tujuan gue kemari udah lo tutup aja sih."

Gita hampir berbalik untuk turun, tapi suara decitan pintu kamar Faisal membuat langkahnya terhenti.

"Ya, apa?" Faisal berdiri di ambang pintu, lengan atasnya bersandar pada kusennya, seperti ogah-ogahan untuk berdiri.

"Punya obat asam—"

"Lo pikir gue apotek!"

Brak!

Lagi-lagi Faisal membanting pintu kamarnya. "Tuhan, Faisal kenapa jahat banget? Gigi saya udah cenut-cenut dari tadi—"

"Sakit gigi lo?"

Entah kapan Faisal keluar, cowok itu sudah berdiri di depannya. "Sini liat." Faisal mengangkat dagu Gita dan menyuruh cewek itu untuk membuka mulutnya.

Buset, gue jadi mikir yang enggak-enggak. Apalagi ini cowok tinggi banget. Kayak mau ci—

"Jorok banget sih lo jadi cewek? Itu gigi lo pada item."

Gita nyengir. "Kan kalau malem gue nggak pernah sikat gigi. Ngantuk, Faisal."

"Gue anter ke dokter."

"Udah malem, Sal. Nggak bakal ada yang buka. Lo kira mini market 24 jam yang jam segini masih buka." Gita cemberut.

"Ada."

Faisal langsung menarik lengan Gita menuruni tangga. Lah sejak kapan Faisal pake jaket?
.
.
.
Gita, jangan salahkan gue kalau tiba-tiba perasaan gue kembali kayak dulu lagi.

[16.09.17]

Sekali Lagi [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang