"Ta, gue tidur sini juga, ya?"
"Rel, ini kos cewek, tolong."
"Khawatir gue kalau ada Faisal di deket lo."
"Kamar Faisal di atas, ini kamar gue di bawah, paling depan lagi. Jauh lah. Lagian kalau dia mau macem—"
"Emang siapa yang mau macem-macem sama lo? Tepos, datar, rata kayak kayu diamplas." Faisal muncul di ambang pintu kamar Gita.
Wah, makjleb
Farrel yang sedari tadi berbaring di atas ranjang langsung berdiri dan menghampiri Faisal. "Ngomong dipikir dulu, Bego. Lo tau nggak sih, lo ngomong gitu bisa bikin sakit hati."
"Udah, Rel. Dia kalau ngomong emang suka asal nyocot kayak bebek. Udah kebal gue. Lagian pas dulu masih pacaran, dia selalu bilang gue tepos. Sabar, gue sabar. Tenang aja."
"Gue ngomong sesuai fakta."
"Iya, Sal. Gue tau, gue sadar. Gak usah dikasih tau lagi."
"Tuh, Gita jadi sedih. Mau gue tonjok lo?"
"Ayo. Jangan di sini. Entar anak kos pada gebet liat gue gentle."
"PEDE GILA!"
.
.
.Anak dua ini minta ditaruh di botol sprite terus dibuang ke sumur apa minta dijadikan kambing guling, sih?
[24.08.17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Short StoryGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...