Di sekolah, Gita jadi jarang keluar dari kelas karena deadline pengumpulan tugas untuk beasiswanya tinggal dua hari lagi. Kalau dia tidak bisa mengumpulkan sesuai deadline, sekolah juga tidak bisa memberikannya beasiswa.
"Lo nggak ke kantin aja, Rel? Gue nggak ke kantin, lo nggak usah nunggu gue," ujar Gita tanpa berpaling dari netbook jadulnya itu.
"Gue nemenin lo aja."
"Sana deh sama Putra aja di kantin. Ntar lo laper loh."
"Nggak, Ta. Gue mau di sini. Gue diem kok, nggak ganggu lo."
Gita menatap Farrel. "Rel, lo jangan ikutan jadi gue dong. Biar gue aja yang sibuk. Lo santai aja sama temen-temen lo."
Farrel mendadak bangkit dari kursinya. "Kenapa sih? Nggak suka gue di sini? Salah kalau gue mau nemenin pacar gue?" Tanya Farrel dengan nada tinggi. "Ya udah kalau lo maunya gue pergi."
Farrel langsung keluar dari kelas dan dengan tololnya, Gita membiarkannya. "Apaan sih tuh anak, baperan banget."
.
.
.
Gue cuma mau sama-sama lo aja kok, Ta. Sebelum gue pergi20.6.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Short StoryGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...