[8]

2K 234 8
                                    

Gita hanya diam di kelas sambil membolak-balik lembar novelnya tanpa minat membacanya. Padahal, ini novel baru dibelinya. Biasanya ia sangat nafsu pada novel baru untuk segera membacanya.

"Git, kantin yuk?" Putra, sahabat dekat Farrel yang biasanya juga bermain dengannya bertanya dari pintu kelas.

Gita menggeleng. "Enggak, Tra, lo aja. Gue nggak laper."

Putra mengedikan bahunya. "Ayo dong, daripada lo sendirian."

Gita menghela napasnya lalu meletakkan novelnya ke atas meja, menyusul Putra. "Oke deh."

"Kayaknya lo hampa banget nggak ada Farrel," celetuk Putra sambil melirik Gita. "Lo suka dia ya, Git?"

Mata Gita membulat lucu. "Enggak! Asli deh, gue nggak suka dia. Kalau sayang sih iya, dia udah gue anggap Abang sendiri gitu."

"Harus banget lo anggap dia Abang lo?"

"Ya terus apa lagi? Dia itu posesif banget tau sama gue. Daripada gue anggap dia bapak gue," ujar Gita lalu tertawa.

"Git-git, lo tuh suka baca novel tapi nggak pekaan banget. Padahal, di novel banyak banget tokoh kayak lo sama Farrel." Putra mengacak rambut Gita lalu berlari cepat.

"Putra, lo jahat! Rambut gue jadi jelek!" Suara Gita menggema di sepanjang koridor kelas XI.
.
.
.

Farrel kuat banget selama sepuluh tahun dengan keadaan begitu, kalau gue, pasti udah nyerah aja

[17.08.17]

Sekali Lagi [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang