Farrel berjalan ke arah ruang musik dengan ogah-ogahan, wajahnya kusut kayak layangan habis nyangkut di pohon.
"Ngapain harus gue sih, yang ngisi acaranya," Farrel mendumel. Tadinya dia ingin nggak datang saja saat prom nanti. Ya, karena dia tau kalau Gita bakalan datang dengan Faisal. Bakalan panas, deh.
Nah, kalah begini ceritanya, kan, dia harus datang mau tidak mau. Salavi memang ketua kelas yang sedikit menyebalkan, seengaknya, bagi Farrel.
"Assalamualaikum." Farrel langsung duduk di kursi kosong saat memasuki ruang musik.
Sudah banyak yang berkumpul di sana, dari anak kelas X sampai kelas XII. "Iya iya, gue tau gue ganteng. Tapi nggak usah sebegitunya!" Bentak Farrel pada gerombolan cewek kelas XII yang memegang biola masing-masing, semuanya meringis dan langsung berbalik.
"Rel, udah ketemu lagu yang mau dinyaikan?" Tanya Ryan, anak kelas XI IPA 2, yang berada di sebelahnya.
"Belum. Boro-boro nentuin lagunya, mau main alat musik apa juga gue kaga tau."
Dahi Ryan mengernyit. "Lah, terus, napa disini?"
"Salavi tuh, seenak jidat nyuruh gue."
"Ohh, biasaan emang si kunyuk itu. Udah lah, main gitar aja yang gampang."
"Iya juga," gumam Farrel.
"Yoi, gue juga main gitar kok. Collab, gih, sama pacar lo. Haha."
Farrel mendengus.
Kalau pacar gue Gita, gue bahkan dengan senang hati ngajak dia collab, walaupun dia bakal nolak setengah mati.
Sayangnya gue tau, dia bakal datang prom bareng Faisal.
[23.09.17]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi [COMPLETE]
Short StoryGita memang terlahir dengan tingkat kepekaan yang kurang. Kepekaan disini, merujuk pada, kode-kode. Bukan. Bukan kode seperti sandi rumput. Tapi kode hati, aduh. Gita selalu menganggap kode-kode itu hanya sebagai bercandaan, kepura-puraan, dan... g...