Dia adalah seorang sahabat terdekatku, saat semua orang takut untuk mendekati ku, tapi dia menyapaku dan mengajakku untuk berteman. Hidupku berubah saat dia hadir, pada awalnya arti nyaman untukku hanyalah berdiam diri membaca novel, tapi kini perlahan aku bisa membuka diri, membangun sebuah pertemanan dengan siapapun.
Aku beruntung memilikinya, dia sahabat posesif namun menyenangkan, saat beberapa waktu lalu, saat dia merengek untuk pindah tempat tinggal. Pada awalnya, aku sempat tak menyetujuinya, biukan karna aku tidak ingin dekat dengannya bukan seperti itu, tapi jarak dari sini ke tempat yang biasa digunakan untuk theater terbilang jauh.
"Ayolah Ve, biar bisa ktmu setiap hari, lagian ngekos udah bosen"
"Tapi kan jauh Kinal, emang kamu gak capek bolak balik gitu?"
"Gapapalah, yang penting deket sama kamu kan"
Kira-kira seperti itu percakapanku beberapa waktu lalu dengan dia, ya Kinal tetap lah Kinal tetap batu, kalau sudah berkata A yang akan tetap A.
Tapi memang ada untungnya juga bisa dekat dia, aku jadi tidak sendiri lagi disini, karna Kinal lebih sering tidur dikamarku dibandingkan ditempatnya sendiri. Alasannya ya klasik dia bilang ac ditempatku lebih dingin, ya terserah dia saja.
"Ve, aku ada sesuatu buat kamu"
Aku sekarang sedang duduk berdua dengan dia, aku sedang mencoba sepatu yang dia berikan tadi, sedangkan dia sedari tadi hanya memandangiku saja.
"Apa?"
"Aku tutup matanya ya?"
Seketika aku langsung menegakan tubuhku, menatapnya bingung.
"Kok pake tutup mata, mau ngerjain aku ya?" Ucapku penuh selidik.
"Kata Umi yuyun suudzon itu gak baik Ve, dosa"
"Iya deh yang sekarang udah jadi umi"
"Enak aja, aku mah bukan umi"
"Uminya feni kan?"
"Kalau aku umi bapaknya siapa?"
"Oh maunya jadi bapak nih? Trus mamahnya siapa?"
"Yonalah"
"Oh gitu"
"Hehe enggak deng bcanda"
Aku hanya diam, melanjutkan aktifitas mencoba sepatu yang dia berikan.
"Bcanda Ve"
"Beneran juga gak apa-apa"
"Ya gaklah"
"Gak salah lagi"
"Mulai deh, udah sini tutup matanya"
Dia menarik tanganku yang sedari tadi sibuk mengikat tali sepatu, aku tau dia memang tak pernah menyukai ketika aku sudah pura-pura tak suka pembahasaan mengenai Yona, eh bukan pura-pura juga sih, gimana ya, ya pokoknya gitulah.
Kini semuanya gelap, tanganku ia genggam, aku hanya bisa mengikuti langkahnya, perlahan tapi pasti, langkahku kini berhenti tapi dia belum mengeluarkan suaranya juga.
"Kinal"
"Kamu lagi gak ngerjain aku kan?"
Hening, tak ada hal yang aku dengar disini, aku takut kalau dia hanya mengerjaiku.
"Kinal, gak lucu deh"
"Bentar Ve"
Aku mendengar suara langkahnya mendekati ku. Sekarang dia menuntun langkahku untuk mengikutinya.
