Ujung daun yang meneteskan embun segar bersamaan dengan senyum nya yang merekah, membawa aku hanyut dalam manisnya ukiran Tuhan itu.
Aku berdiri disampingnya menatap wajah tegasnya, dia sedang mencuci piring bekas makan kita, rambutnya yang ia biarkan tergerai membuat dia terkadang menyelipkan helaian rambut yang teruntai.
Aku berjalan dan berdiri dibalik punggungnya, rambut nya memang tidak terlalu panjang namun aku masih bisa menguncirnya.
Dia menoleh sebentar tersenyum mengatakan terimakasih kepadaku.
Suara musik yang sengaja aku nyalakan pagi ini, mengalun mengisi setiap ruang dalam kamarku. Lirik-yang mengandung arti memohon seakan menyuarakan suara hatiku.
Aku tersenyum menatapnya dalam, dia tidak menyadari nya betapa aku bahagia mempunyai nya dalam hidupku.
Oh mungkin aku bermimpi menginginkan dirimu, untuk ada disini menemaniku, oh mungkin kah kau yang jadi kekasih sejatiku, semoga tak sekedar harapku.
Sentuhan nya di lenganku menyadarkan ku, aku menolehkan kepalaku, dia menatapku bingung lucu sekali.
"Kenapa?"
"Gapapa hehe."
"Jangan kebanyakan ngelamun ah." Dia memutar kran mematikan nya, mengelap tangan nya yang basah.
Aku hanya bergeming menggeleng trus tersenyum kepadanya, dia seakan gemas menyentuh kepalaku.
"Nal-"
"Hm?" Dia memutar badanya, kini menghadapku.
"Aku ada sesuatu buat kamu."
Alisnya terangkat penuh selidik, menatap tanganku yang berada dibalik punggung. "Sesuatu? Apa?"
"Hadiah."
"Ulang tahunku udah lewat deh."
"Hadiah buat kelulusan kamu." Aku memberikan nya selembar kertas yang berisi coretan tanganku.
"Buka." Kataku lagi menyuruhnya membuka dan membacanya, dia tersenyum menatapku setelah dia membacanya.
Makan malem sama aku malam ini ya :*
-Veranda yang mirip bidadari."Kata siapa?"
"Fans aku." Aku terkekeh akan kepercayaan diriku menulis bahwa diriku mirip bidadari.
Sebenarnya aku juga cukup heran kenapa semua orang selalu menjuluki ku seperti itu. Eh bukan semua orang juga mungkin orang yang mengetahuiku. Mereka memang terlalu berlebihan, bahkan sosok bidadari saja aku tidak mengetahui nya bagaimana bisa mereka menganggap kalau aku adalah bidadari.
Aneh memang. Tapi biarkan saja. Selama itu tak membawa pengaruh buruk untuk ku, aku tak masalah.
"Bidadari aku ya?"
Dia menatapku kemudian membawa aku kedalam pelukan nya. Aku menyandarkan tubuhku pada bahu nya. Hanya bergumam menginyakan ucapan nya.
"Heem."
Dia melepaskan pelukan nya. Menatapku begitu dalam. Ntah apa yang dia pikirkan, yang aku tahu. Aku malu jika di tatap nya seintens itu.
"Gini ya, rasa nya bahagia di ajak kencan-"
"Sama bidadari."
Aku terkekeh akan gombalan nya, bisa saja saus cilor bikin aku bahagia.
..
.Mentari seakan ikut tersenyum melihat dia yang tersenyum kepadaku, sorot mata nya mengatakan kalau dia mencintaiku.
Dan tentu aku mencintainya.
Tatapan nya yang menghangatkan membuat aku enggan berpaling dari manik matanya yang indah. Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan kebahagian yang tak pernah aku sangkal.
Memiliki nya memang kebahagian untuku.
#TeamVeNalID
Nanti part makan malem nya🙈
Ah cilok tusuk ku wkwkwkwkwkwkwk
