Aku menatap nanar daun yang basah meneteskan air yang berjatuhan.
angin dimusim penghujan seakan membelai diriku yang terdiam terpaku.Ku hembuskan lagi nafas yang terasa berat, masih sangat terbayang senyumnya yang terpaksa, aku tau dia kecewa.
Hadiah kecil yang sudah aku siapkan untuknya, terpaksa aku batalkan,seharusnya malam ini aku sedang bersama dia, berdua. Tidak di tempat ini.
Karna sudah terikat kontrak aku tidak bisa mengatakan tidak,semuanya tak seperti yang ku bayangkan.
hancur seketika bagai bunga yang terinjak injak.Sekujur ragaku mendadak kaku.
telingaku bagai mendengar suara ledakan yang teramat dahsyat.
ketika kuncup indah bibirnya berkata. "Aku mengerti, Veranda". Aku tak menyukai dia yang seakan pasrah dengan keadaan, aku tau dia marah, tapi dia diam, tak mengungkapkan kemarahanya kepadaku.Pada sore itu, saat aku dan dia sudah siap untuk pergi pada restoran yang sudah aku pesan, dengan stelan baju yang sama dia terlihat bahagia, ya bukan hanya dia aku juga begitu. Tapi tiba-tiba ka Niki menelfonku kalau aku harus pemotretan malam ini juga.
Setelah dia mendengar apa yang dikatakan ka Niki, dia langsung melepaskan kemeja yang memang pemberianku, berlalu begitu saja.
Bahkan sekarang aku sudah mengingkari janjiku lagi, aku mengatakan kalau pemotretanku hanya sampai jam 9 malam, tapi sekarang sudah hampir tengah malam.
.
.
..Mobil yang dikendarai ka Niki berhenti didepan apartemanku, sekalu lagi aku menghembuskan nafasku, aku tidak tau harus berbicara apa pada nya nanti.
"Sory ya Ve, gw gak maksud buat Kinal jadi marah sama lo." Kata ka Niki dengan raut wajah bersalahnya.
Aku hanya tersenyum, ini sebenarnya bukan salah Ka Niki, mau bagaimanapun juga aku harus tetap bersikap profesional. Kerjaan tetap kerjaan yang memang harus aku jalanain.
Aku keluar dari mobil ka Niki, melambaikan tanganku, berdiri sampai mobil managerku itu tak terlihat lagi,
Sudah jam 23.39, lampu-lampu di sekeliling aparteman sudah mati, ya mungkin semua orang sudah bersiap untuk istirahat. Lift yang ku naiki berhenti di lantai 4 dan aku berjalan menghitung setiap langkah yang terasa berat.
Kamar di depan kamarku lampu nya masih menyala, sebaiknya aku menaruh tasku terlebih dahulu baru aku ke kamarnya.
Aku sedikit kaget saat mendapati Feni yang tertidur di kamarku, aku tidak salah kamar kan? kemana Kinal? Kenapa yang tidur di kamarku Feni?.
Ada pergerakan dari Feni saat aku menyalakan lampu kamar. Dia menggeliat perlahan membuka matanya.
"Ka Ve udah pulang?" Monolognya, dia masih mengucek matanya bersandar pada ranjangku.
"Heem". Gumamku, aku berjalan ke arah kamar mandi, sekedar membersihkan wajahku.
"Maaf ya ka, aku ketiduran disini, di kamar ka Kinal ada yang lagi main."
Aku menatap wajahku sendiri pada pantulan cermin, suara Feni masih bisa aku dengar walau aku sedang berada dikamar mandi. Siapa yang datang? Sampai-sampai Feni mengungsi di kamarku?
"Siapa Fen?" Ucapku penasaran, beberapa menit aku menunggu sahutan Feni tapi suaranya tidak lagi terdengar, aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi.
Ah pantas saja Feni tidak menjawab lagi, lihat saja sekarang matanya sudah terpejam lagi, mungkin dia benar-benar mengantuk.
Sebaiknya sekarang aku kekamarnya.
Ntah kenapa bayangan wajah kecewa Kinal terasa begitu menyakitkan, aku ragu ingin membuka pintu kamarnya, ada perasaan berat dalam hati.
Saat pintu kamar nya terbuka, aku hanya bisa diam, aku salah. Salah mengira kalau dia akan bersedih karna gagal makan malam denganku.
Aku salah kalau dia akan bermuram durja, menungguku kembali pulang. Lihatlah sekarang dia sedang tertawa lepas dengan wanita lain.
Dia tidak menyadari kehadiranku disini. Aku terus diam memperhatikan nya, sentuhan tangan nya pada rambut gadis itu membuat hatiku sedikit sesak.
"Ka Ve."
Gadis itu melihatku, apakah dia kenal dengaku? Dia memanggilku dengan sebutan kaka? Dia melepaskan tangan Kinal yang berada dikepala nya saat melihatku.
"Ve" kali ini Kinal yang berbicara, aku hanya tersenyum. "Maaf aku mengganggu." Aku kembali menutup pintu kamar nya, meredam semua sesak yang ku rasa, tatapan gadis itu tidak aku sukai. Dia menatap Kinal dengan rasa penuh kekaguman.
Aku terus berjalan, menyisir lorong yang gelap dan kosong. Sampai pada teriakan seseorang memanggilku, tapi ini bukan suara Kinal. Dia tidak mengejarku.
"Ka Ve!"
"Ka! Tunggu!"
Aku menghentikan langkahku, berbalik menghadap seseorang itu, tubuhnya terlihat membungkuk dia mengatur nafasnya yang terengah.
"Ka, jangan salah paham dulu." Katanya yang kini menegakan badan nya berusaha mengatur nafasnya.
"Siapa kamu?"
"Aku CinHap ka."
Dia menundukan kepalanya. Ku rasa dia benar-benar merasa bersalah.
Aku mengangkat sebalah alisku, aku tidak menngenal nya. Dia yang melihat responku yang hanya diam, dia kembali menggerakan mulutnya.
"Aku Cindy Hapsari ka, member jeketi juga."
"Maaf sudah lancang berada di kamar ka Kinal."
Bersambung.
#TeamVeNalID
Mulai part ini ceritanya ku buat bersambung ya hahahaha seret momen jadi ayo mulai berimajinasi lagi wkwkwkw
Oiya untuk part dinner sebenernya udah dibuat, cuman ku hapus lagi, lagi sedih aku tu sedikit baper wkwkww masa kalian mau baca yang seneng2😝
Jangan lupa komen ya, aku bahagia kalau kalian komen, baca ceritaku yang lain juga ya! Thankyou💙