18.Feni Sih

3.4K 407 113
                                    

Aku duduk disini berteduh dari hujan yang lagi mengguyur jakarta sejak sore tadi, ditemani secangkir cappucino hangat dengan novel yang kini sedang aku baca.

The Return of the Young Prince.

Aku sangat menyukai novel ini, disini aku bisa banyak mengambil pelajaran dari setiap tulisannya, si author sangat apik menulis setiap kata demi kata.

Pangeran kecil yang beranjak dewasa yang mencari teman lamanya.

Le Petit Prince.

Lembar demi lembar sudah aku baca, aku sudah duduk disini hampir 15 menit yang lalu, hujan masih terus meneteskan airnya membasahi tanah malam ini.

Sabtu malam yang dingin untuk aku yang merindukannya.

Aku baru selesai syuting salah satu acara di salah satu stasiun TV, tadi ka Nikita pulang dulu, ntah kenapa aku masih ingin disini menikmati kesendirian dengan kepulan cappucino yang tak hentinya menari-nari.

Rasanya memang berat sekali untuk pulang melihat kamar yang masih sepi tanpa dia, jadi untuk apa juga harus ter buru-buru. Sebenarnya hari ini, ya tepatnya malam ini dia akan pulang, tapi rasanya ada hal yang membuat ku tak gembira menyambutnya.

Niat untuk menjemput nya pun tidak ada sama sekali. Aku hanya takut menyakiti hatiku sendiri. Karna aku tau sangat tau, pasti di sana ada seseorang yang senin kemaren membuatku cemburu.

Yona.

Jangan tanyakan kenapa aku tidak meminum coklat malam ini, aku hanya tak mau memikirkan nya sedikit pun sekalipun itu hanya coklat.

Sperti hal nya menyukai coklat yang tak perlu aku jelaskan, begitu juga dengan aku yang menyukai nya tanpa bisa aku jelaskan.

Pernah kah saat hujan kamu mengingat seseorang?
Pernahkah saat hujan pikiranmu membeku karna dingin?

Aku menyukai hujan. Dia juga.

Aku dan dia dulu sering berucap agar hujan turun lebih lama, agar kita bisa terkurung lebih lama dan memiliki alasan untuk tidak kemana-mana.

Karna, kata nya, bersama ku apapun akan terasa lebih hangat. Sekalipun hujan yang turun tak akan berhenti sampai besok.

Dia selalu percaya, hujan tak lebih dingin dari pada kesendirian yang sering datang. Dan dia tak mampu bertahan sendiri.

Rasanya percuma saja diri ini trus menyangkal untuk tidak memikirkan nya padahal sedari tadi aku terus bercerita tentang dia.

Cepat kembali. Aku rindu.

Ku hela nafasku, menutup novel yang kini sudah terasa membosankan untukku, pikiran ku terlalu jauh pergi ntah kemana.

Cappucino yang hangat kini sudah terasa dingin karna ku biarkan begitu saja.

Rasanya ingin berjalan ke tempat sepi, bersembunyi dibalik kesendirian ku. Berharap aku bisa menjadi aku yang dulu lagi, menjadi sosok Veranda yang tak pernah mengenal kata patah hati sebelum mengenal nya.

Aku mengerutkan keningku, membaca pesan dari mamah, apa-apaan Kinal ini, dia selalu membawa mamah kalau sedang aku diami.

Aku mengerutkan keningku, membaca pesan dari mamah, apa-apaan Kinal ini, dia selalu membawa mamah kalau sedang aku diami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasar.


Tukang ngadu.



Aku menyimpan dengan kasar hapeku di meja cafe ini, mamah selalu sperti itu menuduh ku yang seperti anak kecil. Andai mamah tau apa yang aku rasakan tidak semudah pikirannya.

Kinal terlalu sulit untuk aku jelaskan.
Mamah tidak akan mengerti.
Kalau anaknya ini sedang cemburu.

Sedang benci Kinal.

Tapi Rindu.





Drtt.... Drrttt...

Lagi-lagi hapeku bergetar, menampilkan namanya disana, hatiku seketika menghangat. Tersenyum menatap pesan ini.

Ah bedebah dengan cemburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ah bedebah dengan cemburu.

Dia menungguku.

Aku pulang sekarang.


Aku tarik tasku dengan kasar, keluar dari cafe ini, berjalan dengan tergesa, menerobos gerimis yang masih sangat terasa.

Aku kalah. Nama nya yang sedari tadi mati-matian aku punahkan dari dalam otakku, kini malah meracuniku hanya dengan 4 kalimat. Meluluh kan kekokohan hati ini, rasa cemburu terhadapnya, rasa kesal terhadapnya memang tak lebih besar dari rasa rindu yang aku pendam sedari tadi.

Degupan jantung ini, berdetak hebat ntah kenapa rasanya segugup ini, padahal kamar yang akan aku masuki adalah kamarku sendiri kenapa rasanya setegang ini.

Aku membuka pintu kamarku perlahan, menaruh sepatu, menyimpannya dengan rapih.

Kini aku menangkap sosoknya, dia berjalan mendekat kearahku, aku dan dia kini sudah sling berhadapan.

"Kok lama? aku kangen"

"Udahan ya jangan ngambek trus"

"ini udah pulang, sesuai janji aku, aku gak mampir dulu langsung ke kamar kamu"

"Meluk kamu"

"Maunya langsung meluk, tapi takut kamu gak ma.. "

Aku langsung menghambur ke pelukan ya, menghentikan ucapannya, dia membalas pelukanku begitu erat, kini hanya detakan jantung ku yang beradu dengan dentingan jam yang terdengar dikamar ini.



"Ka, Ki.. nal, Mamah mau... "

"Ehehe sory"

Aku langsung melepaskan pelukanku, menatap Feni yang kini tersenyum begitu canggung, kinal hanya memberikan tatapan tajam ke arah Feni.

Feni tadi menyebut kata mamah?
Berarti Yona ada disini? Aku menatapnya tajam kemudian pergi meninggalkan nya.

"Ve, bisa aku jelasin"

"Veranda"










"Feniiiii!!!"

























Hahhhahahahhahhahahhah

#TeamVeNalID
Makasih untuk komen2nya, aku bahagia bacanya💙

VERANDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang