19.Salah Paham

3.3K 409 100
                                    

Aku menjatuhkan tubuhku diatas kasur, kesal sekali rasanya kepada dia, tau akan seperti ini aku tidak akan pulang. Aku meninggal kan dia dan Feni di ruang tamu, ah biarkan sajalah, salah dia sendiri berbohong.

"Lo kalau ngomong tau situasi dong Fen"

Aku mendengar samar-samar Kinal dan Feni terus berucap mengenai hal tadi.

"Loh, kan aku gak tau kalau ka kinal lagi peluk-pelukaan, ya maap"

"Lagian suruh siapa pintunya gak ditutup"

"Ya gw mana tau kalau lo tiba-tiba masuk, pake ngomongiin Yona lagi"

"Kan lo tau Ve itu sensitif bgt kalau bahas Yona"

"Hah? Aku gak ngerti deh, kapan aku bahas ka Yona? "

Aku benar-benar memasang telingaku agar aku bisa mendengar apa yang sedang Feni dan Kinal bicarakan, dan kini aku mendengar Feni tidak menyadari kalau dia membawa nama Yona, dan itu membuat mood ku hancur.

"Lah lo tadi Mamah gitu apa coba kalau bukan Yona?"

"Ih itu mamah Feni"

"Iya Yona kan?"

"Ih bukan ka kinal, mamah Feni Yang asli kenapa mamah Yona sih, tadi Feni mau ngasih tau kalau mamah Feni minggu depan kesini gitu"

"Kenapa gak bilang dari tadi tempe oreg, gw telen juga lo"

"Ka Kinal, kok jadi aku yang salah sih"

Suara Feni berteriak, bersamaan dengan gerakan seirama kaki Kinal yang mendekat kearah kamarku.

Mataku seketika aku pejamkan berpura-pura tertidur untuk menghindari dia, aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya, ternyata aku hanya salah paham.

Ini semua salahku, yang terlalu gampang mengambil kesimpulan dari ucapan Feni. Kini hatiku seakan meringis menyesali apa yang aku lakukan terhadapnya.



Maafkan aku.



Maafkan aku yang akhir-akhir ini terlalu posesif, aku hanya benar-benar takut kalau kamu akan diambil Yona.

Yona memang ancaman besar untuk ku. Aku berbicara seperti ini karena aku mempunyai alasan kenapa aku seperti ini.

Mungkin nama Melody atau Naomi menurut kalian nama yang paling berpotensi tinggi mengambil Kinal dari ku. Tapi sebenarnya tidak.

Ka Melody dan Kinal tidak pernah memiliki hubungana apa-apa apalagi dengan Naomi, Kinal terbilang jauh dengan Naomi, sedang kan Yona? Aku tidak suka saat Kinal menatap Yona, aku tidak suka saat tangan Yona bergelyut manja ditangan Kinal.




Aku tau ada yang berbeda diantara mereka.

Ku hembuskan nafasku saat kini tangannya menyentuh tanganku, dia terduduk di tepi ranjang menghadap aku yang kini sudah tak lagi berpura-pura tertidur.

Aku harus bertanggung jawab, ini hanya salah paham, Yona tidak ada disini.

Dia menatapku dengan tatapan bersalahnya, bibirnya yang tebal itu melengkung penuh luka.

"Ve, kamu salah paham"

"Yang Feni maksud itu bukan Yona, tapi mamah aslinya"

"Jangan marah ya Ve"

"Maklumin aja namanya juga anak-anak"

"Aku juga kesel, untung dia gak aku makan, dia masih terlalu lucu untuk aku marah-marahi Ve. "

"Iya"

Hanya itu yang bisa aku jawab, dia menghembuskan nafasnya lemah dan beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan ku tanpa sepatah kata apapun.



Apakah dia marah atas jawabanku?

Baru saja hendak menyusulnya, kini dia sudah aku tangkap di mataku lagi, dia membawa sekantong plastik ntah berisikan apa.

Senyumnya mengembang, kini dia duduk didekatku, dengan aku yang bersandar di ranjang kasurku dan dia berada di sebelahku.

"Apa?"

Matanya melirik, kemudian tersenyum dengan tangan yang terus bekerja membuka satu kotak dengan tulisan selamat menikmati.

"Oleh-oleh"

Dia menjawab pertanyaanku, dan aku hanya bisa mengerutkan dahiku melihat apa yang ia bawa.

"Martabak?"

Dia dari bali jauh-jauh dan hanya membawa sekotak martabak dan dia menyebutnya oleh-oleh?

Ya Tuhan, Kinal.

"Dari bali?"

"Hahaha ya enggak lah, ya kali beli martabak di bali, keburu dingin Ve"

"Tadi aku beli dibawah"

"Aku gak sempet beli apa-apa disana, ribet ngurusin Feni, trus tadi dibawah ada tukang Martabak yaudah beli aja"

"Nih... Aaaaaa"

Dia mengangkat sepotong martabak mengarahkannya ke mulut ku.

"Bentar" Ucapku menahan tangannya, dia hanya mengerutkan keningnya seakan berkata kenapa?

"Ini oleh-oleh?" Tanyaku lagi, dia kini menghadapku, dengan aku yang masih bersandar di ranjang kasur.

"Iya, gak suka?"

"Aku gak mau, aku mau minta oleh-oleh yang kamu janjiin waktu itu"

"Janjiin? Apa?"

Aku mengembungkan pipiku, bentuk protes karna dia melupakan sesuatu. Matanya seakan kini, dia sedang berfikir apa yang aku maksud, dan kemudian dia memelukku, membisikan kata yang membuat senyum ini mengembang. 



















"Iya, ini oleh-olehnya, peluk Kinal sepuasnya Veranda."





































#TeamVeNalID


Mau ngucapin makasih karna part 18. Feni sih. Komennya luar biasa hehe, mungkin semua part yang paling bnyak komen dan vote itu bagian part 18 kemaren, gw gak ngerti kenapa kalian begitu emosi sama Feni, padahal dia lucu, Kinal aja gak bisa marah2 sama dia kok😌

 Komennya luar biasa hehe, mungkin semua part yang paling bnyak komen dan vote itu bagian part 18 kemaren, gw gak ngerti kenapa kalian begitu emosi sama Feni, padahal dia lucu, Kinal aja gak bisa marah2 sama dia kok😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan buat kalian yang komen sampe bawa nama binatang sory ya komennya dihapus soalnya gak enak di liat, Komen yang seru2 ajalah gak usah srius2 gitu gw takut. Wkwkwkwkkwkwkwk

Oh iya mau ngingetiin aja.










Kinal lagi malem mingguan sama mamah yona.



Hahahahahhahhahhahhh

VERANDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang