Aku menyentuh tangan kecil yang melingkar di pinggangku, semalam dia menangis, meminta maaf terhadapku.
Dia tidak mengerti kenapa Yona pulang dengan menangis, dan dia semakin bingung saat melihat aku dan Kinal pun menangis.
Feni.
Aku menyentuh ujung kepalanya lembut, dia memang tidak akan mengerti apa yang terjadi antara aku, dia dan Yona. Anak ini terlalu polos untuk mengetahui itu semua.
Feni kini memang tidur bersamaku, ya dikamar ku, sedangkan dia tidur dikamarnya.
Semalam, Feni menarik tanganku, dia berteriak didepan wajah Kinal.Dia marah kepada Kinal.
Dia berkata, dia memang tidak tau kenapa aku dan Yona menangis, tapi dia menyimpulkan, semuanya pasti gara-gara Kinal.
Feni, memang sudah seperti anak kecil diantara aku, dia dan Yona, dia akan menangis merasakan apa yang aku dan Yona rasakan.
Maafkan ka Veranda ya Feni. Melibatkan mu pada drama ini.
Semalam dia meminta maaf karna dia merasa bersalah, dia berkata jika dia tidak membawa Yona malam tadi pasti aku dan Yona tidak akan menangis.
"Aku sedih, ka Ve sama mamah nangis, maafin Feni"
Waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi, aku menyibakan selimutku, menutupi Feni dengan selimut, dia masih tertidur, biarkan saja lah hari ini pun hari sabtu.
Menatap wajah diri sendiri di cermin, sungguh aku sangat menyedihkan, kantung mata yang tebal, mataku yang sedikit memerah mungkin menangis semalam mengakibatkan ini.
Aku lemah.
Temanilah walau hanya sejenak.
habiskan waktu untuk memikirkan kamu.
Kamu yang membuat aku semakin terlukaTersenyum getir menatap diri sendiri, ini adalah hal buruk untuk mengawali sabtu pagi yang cerah.
Ketika semua orang tersenyum dalam selimut bahagia.
Aku, hanya menjatuhkan air mata di pipiku.Tiadaa yang menghapus tiada yang mengobati.
Dia yang ku harapkan, dia yang menyakitiku.
tinggalkan mulut yang terbungkam memenjarakan kesedihan."Selamat pagi, Veranda"
Aku sedikit tersentak saat aku mendengar ucapan itu, aku benar-benar membasuh wajahku menghapus jejak air mata disana.
"Pagi ini, kita sarapan apa?"
Aku berbalik, menatapnya yang kini tersenyum, namun aku tau disana ada tatapan bersalah, tatapan yang sama saat semalam.
Aku diam.
"Apa kamu tidak akan membuatkan ku sarapan?"
Aku tetap diam.
"Baiklah, aku mengerti" Ucapnya begitu lemah.
Aku berlalu meninggalkannya, langkahku, aku arahkan ke dapur, ya, aku akan menyiapkan sarapan untuknya dan juga Feni.
Semarah apapun aku terhadapnya, aku tidak akan membiarkan nya kelaparan, apalagi untuk Feni.
Dan aku tidak akan melupakan kebiasaan setiap pagi, hanya karna hatiku sedang terluka.
Menyiapkan makanan untuk dia dan Feni sudah menjadi hal rutin yang harus aku lakukan.
"Aku lebih baik dimarahin kamu habis-habisan Ve, dari pada harus didiemin kamu"
Aku menarik nafasku, meredam segala sesak yang memenuhi ruang dadaku, dia memelukku dari belakang menenggelamkan kepalanya, suaranya bergetar, terdengar menyedihkan.Jika semuanya tidak serumit ini, mungkin aku akan mudah untuk melupakannya, aku memang belum sepenuhnya mempercayai segala ucapannya, apalagi setelah semua kebohongan yang dia ucapkan.
"Aku mohon, Ve"
"Aku mau buat nasi goreng, lebih baik kamu duduk di meja makan, atau tidur lagi temenin Feni."ucapku begitu dingin, melepaskan pelukaanya, mulai menyiapkan masakanku, sedang dia hanya diam mematung.
Maafkan aku Kinal. Aku hanya butuh waktu.
Sebentar saja. Mungkin pagi ini aku memang masih sangat membencimu, tapi aku tidak tau nanti siang.
Semoga saja masakanku masih terasa enak walau dibuat dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Kini aku sudah menaruh 3 porsi nasi goreng di meja makan, dengan segelas susu putih untuk Feni dan dua teh manis hangat untuk aku dan Kinal.
"Aku bangunin Feni dulu" Ucapku berlalu darinya, dia memang sedari tadi duduk di meja makan, menopang dagunya menatap setiap gerak geriku.
Feni menatap kinal seakan sedang menatap musuh, ntah kenapa Feni semarah itu kepada Kinal.
Kini aku, dia dan Feni sudah duduk di meja makan, siap untuk melakukan sarapan pagi.
"Fen, mau ikut umi gak hari ini?" Ucap Kinal, menatap Feni yang kini sedang meminum susunya.
"Gak" Jawab Feni singkat, mengacuhkan Kinal, memulai makannya.
"Idih gitu banget jawabnya, masih marah nih?"
"Aku gak mau kalau cuman berdua sama umi"
"Yah gimana dong, ajakin dong orang sebelah kamu" Ucap Kinal lagi melirik ku, yang sedari tadi hanya mendengarkan mereka.
"Ajakin aja sendiri" Lagi Feni menjawab begitu acuh.
"Kalau umi yang ngomong gak bakal mau"
"Emang mau kemana?"
"Dufan"
Seketika Feni menghentikan aktifitas makannya, menatap Kinal dengan berbinar, sedangkan Kinal tersenyum penuh arti.Kemudian Feni meliirku, mengeluarkan suaranya dengan sangat hati-hati.
"Emm Ka Ve mau ikut?"
"Ikut ya? Feni gak mau kalau sama umi doang"
"Hmm kapan?"
"Umi kapan katanya?"
Feni mengulang ucapanku, mengatakannya kepada Kinal, yang sebenarnya pasti Kinal sudah mendengar ucapan ku. Ntah kenapa Feni mengulangnya, mungkin dia mengerti jika aku sedang mendiami Kinal."Bentar ya" Kinal mengeluarkan hapenya, dia mengirim sebuah voice note ntah kepada siapa.
"Bencong kedufan jam brpa?"
"Jam 10, Nyuk"
Kinal memutar balasan voice note dari seseorang tadi.Kinal menaruh hapenya lagi, tanpa membalas pesan yang baru saja ia dapat.
"Jam 10 katanya Fen""Ka Lidsky?" Ucap Feni begitu antusias terdengar dari ucapannya yang berbeda dari yang pertama.
"Iya, nanti ada zara sama ka Melody juga, masa kamu gak mau ketemu om ganteng" Ucap Kinal menaik turunkan alisnya.
"Ka Ve ikut ya? Feni mau ketemu ka Lidya"
Aku mengangguk tersenyum, mengiyakan ajakan Feni. Dan aku bisa melihat dia juga tersenyum melihat Feni yang kini berteriak gembira memelukku.
"Yeaay"
"Ka Lidsky, i'm coming for you aaaa"
Feni penyuka om2:)
#TeamVeNalID
Happy satnight😳
