"Maap yah gak bisa nemenin kamu"
"Gapapa Ve, tadi aku udah minta Haruka sama Shania buat nemenin"
"Nanti kalau emang gak dapet travel, kasih tau aku ya, biar aku yang anter kamu kebandung"
"Emang bisa?"
"Bisalah, kan aku ziarah paling sampe sore Nal"
"Iyaiya, makasih ya"
Dia baru saja turun dari mobilku, aku hanya mengantarkannya ke kampus, karna pagi ini mamah menyuruhku untuk pulang, aku dan keluargaku berencana untuk berziarah ke makam kakek dan neneku.
Hari ini Kinal mendadak akan pulang kebandung, yang ku ketahui dia akan pergi untuk menghadiri acara temannya yang baru saja lulus, Kinal memang tipe orang yang akan melakukan apapun untuk kata pertemanan.
Kinal belum mendapatkan travel untuk dia pulang kebandung, sebenarnya aku sudah berkali-kali menawarkan diri untuk aku saja yang mengantarkannya kebandung, tapi dia tidak mau, takut merepotkan katanya. Padahal biasanya juga dia selalu merepotkanku, gak deng bcanda.
Sekarang aku sedang berada dijalan menuju tempat pemakaman, aku hanya mengenakan jeans dan jaket abu-abu seadanya.
Tak butuh waktu lama, aku sudah memberhentikan mobilku diarea pemakaman yang tak jauhh dari rumahku.
Dari kejauhan aku sudah melihat papah dan mamahku yang sedang berdiri menaburkan bunga keatas tumpukan tanah yang dilapisi rumput -rumput halus yang hijau.
Aku mematung, berdiri didepan makan kakek dan neneku, pikiranku jauh melayang pada beberapa tahun silam, saat mereka masih ada, mereka sangat menyayangiku.
Memang semua yang bernyawa pada akhirnya akan pergi kembali kesisi tuhan, tinggal menunggu waktu kapan kita akan kembali. Tak ada yang pernah ada yang tau tentang seberapa lama kita hidup dan kapan kita akan mati.Aku memejamkan mataku menghirup dalam aroma bunga kamboja yang terbawa angin, aku melantunkan doa untuk mereka yang mendahuluiku, hanya ini yang bisa kulakukan agar mereka tau kalau aku sangat merindukan mereka. Angin yang terus menerpa wajahku membuat rambut yang ku kuncir asal berterbangan tak tentu arah, membuatku terlihat berantakan.
Ku tutup kepalaku dengan kupluk yang tersambung dengan jaket, ini hanya untuk membuat rambutku tak berantakan saja. Sedari tadi aku melihat papah dan mamah yang begitu fokus berdoa, mereka hanya melirik dan tersenyum kepadaku tadi untuk sapaan kepadaku.
Mamah memberikan satu kantong plastik yang berisi bunga, ku taburkan bunga itu, ku susun rapih mengikuti tanda salib yang terukir indah. Mataku sedikit memanas saat aku menatap dalam batu nisan yang tertulis nama mereka, aku sangat merindukannya.
"Ve, hari ini bisa kan tidur dirumah?"
"Iya, pah"
Papah merangkulku tersenyum kepadaku, dia tau aku merindukan mereka, papah memang selalu tau apa yang kurasakan walaupun aku tak mengungkapkannya.
"Kinal gapapa kan sendiri dulu?"
Aku tersenyum mendengar ucapan mamah barusan. Kinal memang dekat dengan mamah.
"Kinal mau pulang kebandung mah"
"Loh bukannya, mamahnya ada dirumah Vega? Kok dia pulang kebandung?"
"Ada perlu katanya, besok juga pulang lagi"
"Kamu gak nganterin?, naik travel lagi?"
"Dia gak mau Ve anterin"
"Anak itu selalu begitu, trus kapan berangkatnya?"
"Dia belum dapet travel, tadi sih dia masih kuliah, mungkin nanti sore pulang kuliah dia dateng lagi ke tempat travel"