7

4.2K 383 52
                                    

"Ka Kinal nyebelin bukannya bantuin aku pindahan malah pergi main"

"Kan ada aku Fen"

"Iyah ka Ve, makasih ya, coba kalau ka Yona gak lagi latihan juga pasti dia juga bantuin biar lebih cepet gitu"

Sedari tadi Feni terus saja memanyunkan bibirnya, hari ini Feni memutuskan untuk tinggal denganku dan Kinal, ya alasannya karna Yona sekarang sudah tidak tinggal dikosan lagi jadi Feni sendiri, Kinal mengusulkan untuk dia tinggal bersama kita dan Feni setuju. Feni terus menggrutu karna Yona dan Kinal tidak bisa membantunya untuk pindahan hari ini, sebenarnya aku juga ada urusan keluarga hari ini tapi karna tidak tega membiarkan Feni sendiri jadilah sekarang aku disini, Kinal sejak siang tadi memang latihan untuk acara theater, dia bilang kepadaku kalau dia pergi dengan yang lain dulu setelah latihan, sedangkan Yona juga latihan sama saja, al hasil mereka tidak bisa menemani Feni.

"Halo"

"..."

"Huu tau ah, untung ada ka Ve"

"..."

"Aku bete ah sama mamah"

"..."

"Tau deh males"


Ku lirik Feni yang terlihat mematikan layar pintarnya dengan kasar, aku hanya memandanginya seakan bertanya siapa yang menelpon?

"Ka Yona" ucap Feni yang mengerti kode yang kuberikan.

"Udah dong jangan cemberut gitu, kan Yona gak bisa juga ada alesan Fen"

"Ya aku sebel aja ka, dia yang ngusulin pindah hari ini tapi dia sendiri yang gak bisa"

"Kan Yona udah bilang ke kamu kalau jadwal latihan tiba-tiba berubah"
"Jangan gitu dong, senyum ah jelek tau" ucapku sedikit mengacak rambutnya.

"Ih ka Ve mah"
"Iyaiya"

"Hehe gitu dong, nanti kan Yona udah bilang pulang latihan langsung ke tempat kita"

Feni tak menjawab ucapanku, dia malah semakin memanyunkan bibirnya, Feni memang begitu dekat dengan Yona, sepertinya dia memang benar-benar badmood gara-gara Yona tidak bisa membantunya sekarang, ditambah Kinal juga tidak bisa.

Setelah membereskan barang-barang Feni yang tidak terlalu banyak tapi cukup menguras tenaga, karna kamar Feni ada dilantai dua, aku dan Feni harus bolak balik turun naik tangga memindahkan barang dari kamar ke mobilku.

Ku tarik nafasku lega, ku usap keringat yang sedikit bercucuran di ujung pelipisku, sekarang aku dan Feni sudah berada di dalam mobil.

"Capek ya ka?" ucap Feni dengan tatapan bersalah.

Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepalaku, sebenarnya memang capek tapi aku bahagia bisa membantu Feni.

"Ka Ve, cari makan dulu ya, aku laper nih"

"Oke"

Langit semakin gelap menandakan malam semakin larut, udara dingin menghembuskan kesejukannya mengitari setiap kulit tipisku, ku terus memutar stir mobil yang ku cengkram tak terlalu erat.

Feni terlihat menyandarkan tubuhnya, tangannya sibuk menyentuh hapenya, sepertinya dia sedang bermain game. Dia terlihat capek, wajar saja sih, dia baru selesai show dan harus pindahan malam-malam begini.

"Mau makan apa?"

"Apa aja, yang penting ngeyangiin"

"Nasi pecel mau?"

"Boleh"

Feni menjawab pertanyaanku tanpa melihatku, dia sibuk dengan gamenya, sifatnya memang tak jauh berbeda dengan Kinal, kalau sudah bermain game tidak akan ingat apa-apa. Termasuk aku pun akan ia acuhkan.

VERANDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang