Sampai kapanpun salah paham pasti mempunyai hadiah yaitu rasa bersalah dan penyesalan. Dua-dua nya ini selalu nomor satu kalau soal perasaan. Seperti aku yang sekarang jadi merasa tidak enak dengan Cindy. Setelah ku ingat-ingat, Cindy itu member generasi 4 yang memang baru sebulan ini masuk ke team J, wajar saja kalau dia datang pada Kinal untuk meminta nasihat.
Dan lagi satu hal yang ku ingat dari Cindy, ternyata dia mengidolakan ku, Aku jadi semakin merasa tidak enak dengan Cindy sempat tak mengenalinya tadi, aku dan Cindy memang memutuskan untuk keluar dari Aparteman, dia hanya ingin berbicara kepadaku, begitu katanya. Sekarang aku disini, disebuah minimarket 24 jam, ya hanya sekedar ngobrol dan sambil menunggu ayah Cindy menjemputnya.
Disini dia banyak bercerita, dia dengan terang-terangan mengatakan kalau dia kagum dengan sosok Kinal, sosok senior tak pelit ilmu dan selalu mementingkan orang lain.
Ku rasa kini kabut hitam semakin menyelimuti hari yang semakin pagi, udara dingin sudah mulai terasa, sepertinya dia mengantuk, sudah berapa kali dia menguap, wajar saja harusnya di jam yang sudah bukan malam lagi, dia berada dikamar tidur beristirahat, bukan malah duduk disini denganku menjelaskan hal yang hanya salah paham. Aku kekanak-kanakan sekali ya? Membiarkan anak kecil jadi merasa bersalah.
Cindy menampakan wajah kecewanya saat suara titik-titik air sudah mulai terdengar turun secara perlahan.
"Yah, Hujan" ucap Cindy, wajahnya lucu dia mengerecutkan bibirnya tanda protes karna hujan turun sebelum dia benar-benar berada di rumah.Melihat dia yang sedang menampakan wajah kecewanya, mengembungkan pipinya, Aku seperti melihat pantulan diriku sendiri, satu kini yang ku tau dari Cindy, dia punya sedikit kemiripan denganku.
"Gak sebaiknya nginep aja?" Kataku menawarkan pada Cindy yang sedari tadi seperti nya sedikit resah karna Ayahnya tak kunjung datang.
"Aku pulang aja ka, bentar lagi kayanya papah jemput."
Aku mengangguk mengerti, menyeruput lagi coklat panas yang kini sudah mendingin.
"Eu.. Ka, sekali lagi aku minta maaf ya."
Aku sedikit tersenyum begitu kaku, aku benar-benar merasa tidak enak dengan dia, lihat saja dia benar-benar merasa bersalah. "Hehe, gapapa kok. Lagian kamu gak salah."
"Kaka tenang aja, aku itu salah satu-"
Aku mengangkat sebelah alisku menatpnya, dia menggantung ucapan nya kemudian sedikit tertawa,
"Jadi gak mungkin lah kalau aku deketin ka Kinal."
Aku hanya menggelengkan kepalaku, aku mengerti apa yang di maksud Cindy.
"Aku ngerti ka, tanpa Ka Ve bilang kalau ka Ve cemburu aku udah paham."
Duh aku jadi malu.
"Emang keliatan banget ya?"
Dia mengangguk.
"Aku tau tadi ka Ve marah, aku jadi takut. Tapi sedikit kesel ka Kinal malah diem aja, padahal tadi aku udah suruh ka Kinal kejar ka Ve,tapi ka Kinal gak mau, mangkanya aku yang ngejar ka Ve."
Aku menghembuskan nafasku mendengar ucapan Cindy, Kinal tak mengejarku mungkin karna masih marah denganku.
"Kalian gak lagi berantem kan?"
"Gak ko, kamu tenang aja."
Cindy mengangguk sampai pada akhirnya, jemputannya datang.
.
.
..Sesudah hujan reda terkadang tertinggal tetesan yang lembut, aroma petrichor yang khas mampu mengegarkan pernafasanku.
Kali ini tegukan terakhir dari segelas coklat yang di bayar oleh Cindy, katanya sebagai permintaan maaf.Aku kembali ke aparteman, gerimis yang masih terasa, butiran nya bagai biji jagung yang manis, menyejukan namun membuat resah. Aku menghembuskan nafasku lagi, mungkin dia benar-benar marah denganku sampai dia sama sekali tak mencariku.
Aku melangkah begitu berat, kamar yang hanya di sinari lampu tidur terlihat remang-remang, tapi aku masih bisa melihat kalau Feni tidur meringkuk menutupi seluruh tubuhnya. Aku tidak berniat ke kamarnya, aku sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan Kinal.
Tetesan air yang seakan menghujam badanku, membuat refkeksi kecil pada tubuhku, aku memejamkan mata menikmati air yang keluar dari shower. Mungkin untuk sebagian orang mandi malam itu di hindari, tapi tidak denganku, kalau sudah terasa lelah akan terasa lebih segar jika mandi terlebih dahulu sebelum tidur.
Kini tubuhku sudah berada disamping Feni, aku memunggungi nya.
"Kenapa dateng telat?"
"Kenapa bohong?"
"Kamu salah paham kalau cemburu sama Cindy."
"Dia cuman curhat ke aku, bukan apa-apa "
Apa rasa bersalahku kepada Kinal sampai membuatku berhalusinasi? Rasanya suaranya begitu dekat, ini bukan suara dari pikiranku. Tapi suara Kinal.
"Kenapa diem aja Veranda? Aku kangen."
Bersambung.
#TeamVeNalID
