Aku mengekor dibelakang nya, sore ini aku dan dia mau pergi, ini pengganti dinner yang batal itu. Ternyata yang semalam tidur di kasurku itu bukan Feni tapi Kinal. Aku tidak tau kapan dia masuk dan aku juga tidak tau kapan Feni berpindah. Yang jelas pada malam itu dia menjelaskan tentang hal yang dia lakukan dengan Cindy, ya, tidak lebih dari mendengarkan Cindy bercerita. Karna merasa tidak enak sudah menuduh dia yang tidak-tidak sekarang aku memutuskan untuk pergi bersama. Tapi dia memintaku untuk mengajak Feni juga. Kasian katanya, Feni sendiri. Tentu aku tidak keberatan, toh hadirnya Feni akan membuat suasana semakin ramai.
"Fen, mau ikut gak? Gw mau pergi?"
Feni melirikku dan Kinal sebentar,seakan tidak mendengarkan apa yang di teriakan Kinal, dia kembali fokus pada apa yang sedang dia tonton. Kinal melangkah mendekat duduk dipinggir kasur, aku hanya mengamati mereka di ambang pintu.
"Mau ikut gak? Gw mau pergi sama Ve."
Feni menggeleng.
"Aku disini aja, nanggung bentar lagi tamat, aku udah ketinggalan banyak episode."
"Kalau pergi, pergi aja lah."
"Yaudah, jangan tidur malem-malem, kalau ngerasa bosen, undang Angel kesini aja."
"Jangan ngadu ke Yona yang enggak-enggak, gw udah ajak lo ya."
Aku mengangkat sebelas alisku, apa maksud perkataanya? Memang kenapa kalau Feni mengatakannya pada Yona?
"Yuk, Ve." Dia menghampiriku, sedikit menarik lenganku untuk mengikutinya.
Aku diam, bergeming pada posisiku.
"Kenapa?" Katanya, saat aku tidak bergerak.
Dia menghembuskan nafasnya, mengerti apa yang aku maksud. "Feni suka bilang yang enggak-enggak ke Yona. Kalau dia ditinggal-tinggal aku Ve, padahal tiap pergi aku selalu ajak."
Aku tidak yakin sih, tapi yaudalah ya.
.
.
..Aku duduk dikemudi, dan dia duduk disampingku, biasanya dia akan fokus pada gamenya kali ini tidak, dia terus menatapku, memperhatikanku. Aku malu diperhatikan seperti itu, aku takut konsentrasiku menyetir jadi buyar.
Ntah kenapa sampai detik ini aku tak menyukai keberanian untuk menatap matanya lebih lama. Aku pernah dibuat cinta oleh pandangannya yang pertama. Aku hanya takut semakin jatuh dalam cintanya.
"Ve."
"Hm?" Aku menoleh, dia terlihat sangat serius.
"Kemaren beneran photoshoot?"
"Iya, kenapa?"
"Gapapa, mastiin aja."
Dia terus diam, sampai mobil yang ku kendarai berhenti di salah satu restoran. Padahal aku merindukannya, rindu saat dia berbicara banyak kepadaku, soal rindu aku memang tak bisa berpura-pura, untuk besok aku tak akan membiarkan perasaanku perlahan terbunuh oleh egoku.
Dia menarik kursi untuk aku duduk, dia sedikit tersenyum menampakan gingsul yang selalu membuat aku ikut tersenyum juga.
"Kamu harus makan banyak, biar gak kurus, jangan aku doang yang gendut." Dia terus membolak balikan buku menu, dia memesankan makanan untukku, ntah akan di makan siapa, aku tidak mungkin makan sebanyak itu.
Tanganya berhenti menggerkan buku menu itu, hape nya bergetar, aku bisa melihat Feni yang menelpon nya.
"Halo."
Dia membesarkan volume hape nya, dia tidak mengangkat hapenya, tanganya masih sibuk pada buku menu. Jadi percakapannya dengan Feni bisa aku dengar.
"Umi, bawa makanan ya pulangnya aku laper."
"Mau dibawain apa?"
"Apa aja yang penting ngeyangiin. Dua porsi ya."
"Ada Angel?"
"Bukan."
"Trus? Emang lo bakal abis gitu?"
"Mamski, cepet pulang mamski ka-"
Klik. Dia mematikan sambungan telfon nya dengan Feni, sebelum Feni benar-benar berbicara.
Aku diam, dia sedikit melirikku, memasukan hapenya pada kantong celana nya.
"Kamu suka ini kan?" Dia memperlihatkan menu makanan nya.
Aku hanya mengangguk, moodku sudah rusak gara-gara kata "ka" dari Feni.
Bersambung.
#TeamVeNalID
