Bandara Soekarno-hatta 23.20 PM.
Mataku ku edarkan mencari nya yang tak kunjung datang, padahal Shania, Saktia dan Sisil tadi sudah terlihat oleh mataku, bahkan tadi mereka mengatakan kalau Kinal dan Feni berada dibelakang mereka.
Baru saja ingin memencet tombol berwarna hijau untuk menghubunginya, kini aku melihat dia berjalan dengan Yona dan Feni beriringan, dengan tangan Kinal yang penuh membawa barang-barang, ntah milik siapa, mungkin Yona, karna ku yakin Kinal tak akan seribet itu membawa hal ini itu.
"Ka Ve" Teriak Feni melambaikan tangannya, berlari menghampiriku.
Kinal terdiam menatapku, mungkin dia kaget kalau aku menjemputnya karna aku memang tak mengatakan kalau aku akan menjemputnya, aku berusaha tak memperdulikannya, aku lebih memilih menjawab semua cerita Feni yang kini sedang mengadu akan kelakuan Kinal.
Aku tidak menyukainya, saat tangan Yona merangkul mesra di lengan nya. Sungguh aku tidak menyukai itu. Dia menghampiriku dengan tangan Yona yang masih bergelayut ditangan nya.
Aku membenci nya saat dia hanya diam dengan segala perlakuan Yona terhadapnya, seakan menikmati semuanya, sungguh tak tau diri, dianggap apa aku disini?? Petugas bandara yang akan mengucpkan selamat datang menyambut mereka dengan senyum yang mengembang? Oh Shit.
Rasanya ingin aku tenggelam kan Yona sekarang juga, dia benar-benar sedang mengibarkan bendera perang denganku, dia pikir aku takut?
Dengan gilanya dia berucap kalau dia akan menginap di tempat Kinal, memang mamahnya tak akan mencarinya apa ha? Anak gadisnya tidur di rumah orang.
"Nanti kalau mamah kamu nyariin gimana?"
"Kan biasanya kamu yang ijinin"
Kata biasanya itu sungguh buat hal yang ada dalam perutku seakan ingin keluar, mual sekali rasanya.
Aku diam, sengaja, aku ingin tau apa yang akan Kinal tentukan, aku berusaha tak ikut campur dengan perbincangan Yona dan Kinal.
"Tidurnya bertiga gapapa kan?"
Aku memejam kan mataku, meredam semua rasa sesak dalam dadaku, seharusnya aku sudah tau apa yang akan Kinal lakukan, mana mungkin Kinal menolak Yona dan membiarkan dia pulang ke Bogor selarut ini.
"Feni tidur sama ka Ve aja, Feni suka rusuh kalau tidur ah"
Mau dia apa sih? Padahal aku sudah membiarkan Kinal untuknya seharian ini tapi sekarang dia malah menjajah waktuku dengan Kinal.
"Ih apaan deh mamah udah numpang ngusir-ngusir, mamah tidur sama aku aja, biar umi sama ka Ve"
Rasanya ingin memeluk Feni membawa nya terbang, memberikan ia berapapun permen coklat yang ia mau bahkan kalau dia mau cilor beserta abang-abangnya juga akan aku berikan.
"Ih apaan deh, enggak ah"
"Yaudah tidur bertiga kalau gitu, udah gk usah protes lagi, ayo pulang kasian Ve udah nunggu dari tadi"
Jalanan yang lenggang membuat aku bisa sedikit tenang mengendarai mobil ku meski dengan rasa yang amat dongkol.
Yona dan Feni berada di kursi belakang, kini mereka sudah tertidur, dia berada disampingku, sedari tadi dia juga terus membuka mulutnya, ya dia mengantuk tapi ntah kenapa dia tidak tidur, aku memang tidak mengeluarkan suaraku dari tadi.
"Katanya ada acara bareng mamah kok tiba-tiba jemput?"
"Emang kenapa kalau aku jemput? gak suka?"
"Gak gitu Ve, emang kamu gak jadi tadi keluar bareng mamah?"
"Acara gereja cuman sampe sore."
"Ku pikir kamu tidur dirumah gitu."
"Emang kenapa kalau aku tidur di apartemen? Jadi gak bebas gitu? Iya?"
"Apa sih Ve, aku capek ya gak mau ribut sama kamu"
"Lagian ini diluar rencana aku, aku gak tau kalau tiba-tiba Yona mau nginep, tadi aku sama Feni mau pulang pake taksi"
Aku tidak menjawab ucapannya lagi, aku berusaha fokus terhadap kemudiku, aku tak ingin emosi yang sedang memuncak ini membuat semuanya semakin lebih rumit. Aku tau dia sedang lelah, dan aku tau hatiku juga tidak dalam keadaaan baik-baik saja.
"Ve"
"Marah ya, ko diem aja?"
"Aku minta maaf Ve, jangan gini dong"
"Aku kangen Ve"
"Veranda"
Dia menyentuh kepalaku, mencoba mengusapnya begitu lembut, tapi aku menepis tangannya, rasanya memang kesal dengan dia malam ini.
"Apaa sih, aku lagi nyetir, mending kamu diem"
Aku melihat dia menghembuskan nafasnya begitu lemah, kini duduknya benar-benar menghadap ku, matanya memancarkan rasa memohon yang mendalam.
Ditatap dia sperti itu aku mengerti, menghentikan mobilku dipinggir jalan, aku menyandarkan tubuhku lemah memejam kan mataku meredam rasa cemburu yang memenuhi dinding kosong dalam hatiku.
Terkadang dia tidak sadar bahwa yang dia lakukan itu sangat menyakitkan, membuatku selalu merasakan cemburu.
Ketika dia berada jauh dariku, rasa cemburu tersebut selalu datang menghampiriku.
Tidak gampang mengetahui orang yang kita cintai mendekati orang lain walau itu hanya merupakan alasan dari adanya dalam sebuah pekerjaan.Aku selalu berpura-pura tersenyum di depan nya walaupun itu hanya untuk menutupi kesedihn yang ada.
Tangannya menyesap memaksa menyentuh pipiku, dia menatap ku begitu dalam, sungguh mataku memanas, rasa sesak dalam dadaku sudah tak bisa terbendung lagi. Dia kini memelukku, tangisku pecah, memukulnya dengan kesal, tapi dia hanya diam semakin mempererat pelukannya, dengan rasa yang sakit yang ada, aku pun membalas pelukannya tak kalah erat, bajunya basah karna air mataku, ntah menangis untuk apa yang jelas hati ini sakit, hati ini tak bisa menerima apapun yang berhubungan dengan dia dan yang lain.
"Aku tau kamu lagi cemburu, tapi harus kamu tau, aku cintanya sama kamu, mau ada seribu Yona sekalipun aku tetep milihnya kamu, aku tetep maunya kamu Veranda."
"Jealous means just because i love you so much Kinal"
#TeamVeNalID