47.Bingung

2.1K 306 52
                                    

"Kalau gw gak bisa, lo mau apa?"

Aku mempercepat langkahku, aku sangat menghapal suara itu, suaranya terdengar meninggi, terdengar dari kamarku, setelah pintu terbuka, aku bergegas menuju sumber suara tadi.

Ah, apa yang aku fikirkan benar, aku sekarang melihat tangan ka Veranda yang mengepal kuat, siap melayangkan sebuah tamparan pada Ka Yona. Aku sedikit meringis membayangkan kalau ka Ve benar-benar menampar ka Yona.

"Aku anterin Yona sebentar. 15 menit aku balik lagi buat nganterin kamu." Ka Kinal terlihat menggenggam tangan Ka Ve yang mengepal kuat tadi, tapi genggaman nya itu di tepis begitu saja.

"Gak perlu!" Kata Ka Ve tetap menatap tajam ke arah ka Yona.

Kalau kalian melihat wajah ka Yona sekarang, dia benar-benar terlihat seram, mimiknya begitu menantang seakan mengatakan kalau dia memang tidak takut dengan Ka Veranda.

Lagi-lagi urusan cinta.

Orang dewasa memang membingungkan. Aku menghembuskan sedikit nafasku, berjalan mendekat ke arahnya.

Siap berakting, berpura-pura tidak tau apa-apa itu lebih baik.

"Eh ada mamski, ada ka Ve juga, tumben nih ngumpul hehe." Ucapku basa basi,

Mereka semua diam tak peduli dengan sapaanku, trus saling pandang bak kucing yang siap menerkam mangsanya.

Rauw!!

"Kalau emang kamu gak bisa anter aku, aku bisa pergi sendiri!"

"Ve. Gak gitu, aku bisa anter kamu, tapi setelah aku anter Yona ya?"

"Lebih baik enggak Kinal!"

Ka Veranda pergi melewatiku yang berdiri bak pingguran yang hanya di jadikan pohon rindang di sebuah drama, berguna namun tak terlihat, Ka Kinal mengejarnya terus berusaha menggapai tangan ka Veranda.

Sungguh ini hiburan sekali.

Drama korea mah kalah.

Aku sedikit menggelengkan kepalaku, kini fokusku tertuju pada ka Yona dia berdiri memunggungiku, tangan nya sedikit menyeka matanya yang mungkin menangis.

"Mamski."

Aku memeluknya, menguatkannya, aku diam memeluk punggungnya, terasa bergetar dan kini terdengar suara isak tangis yang tertahan.

"Jangan sedih." Aku semakin memeluknya, ka Yona bergeming, dia tetap menundukan kepalanya, kemudian menarik nafasnya, isakan nya lambat laun tak terdengar lagi, dia berbalik kearahku dengan senyum yang ku yakin itu ia paksakan.

"Gw gak apa-apa, Fen."

"Mandi sana, abis itu makan gw ke fx dulu, masih ada latihan."
Dia berjalan dua langkah dari ku setelah dia mengacak rambutku.

"Aku ikut." Kataku membuat dia berhenti dan berbalik kepadaku.

"Udah malem Fen."

"Pliss"

"Aku nginep di kosaan mamah ya?"

Dia mengangguk, mengulurkan tanganya untuk aku genggam.

.
..
.

Aku sekarang disini, menunggu ka Yona yang sedang latihan, sama sekali tidak ada kesedihan di wajahnya, dia terlihat profesional, urusan cinta tak ia campur adukan dengan urusan kerja.

Sebenarnya apa yang Ka Kinal butuhkan atau inginkan adalah dua hal yang sangat berbeda. Dan salah nya ka Kinal itu tidak bisa memilih salah satu di antaranya.

Membingungkan memang.
Seharusnya ka Kinal bukan hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, tapi melakukan apa yang dia ketahui.

Mau bagaimanapun cinta tetap harus memilih kan?
Cinta tidak bisa seeogis itu memilih keduanya. Terkadang aku merasa kasihan dengan ka Veranda yang seakan dipermainkan oleh ka Kinal, aku yakin ka Ve tau kalau ka Kinal punya hal spesial dengan Ka Yona, sekalipun itu bukan sebuah hubungan.

Siapa sih yang tidak ingin memiliki seseorang yang dia cintai, mungkin itu yang dirasakan ka Yona, memperjuangkan apa salahnya kan? Ka Yona memang salah, mengharapkan seseorang yang bukan miliknya. Tapi dia tidak sepenuhnya bersalah, dia hanya korban buayan janji manis dari si pemberi harapan yang enggan menentukan kemana hatinya berdiam.

Cinta memang harus memiliki, hanya orang menyerah yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Ka Yona juga berhak bahagia dan berhak memiliki. Aku bukan berpihak pada ka Yona, karna dia dekat denganku, bukan seperti itu. Tapi pada kenyataanya aku selalu melihat ketulusan dari apa yang ka Yona berikan untuk ka Kinal.

Ntahlah aku disini tidak bisa menyalahkan siapapun, aku hanya pihak yang memang berada diantara mereka.

"Makasih Fen"

Dia menerima pemberian air minum ku, meminumnya hampir setengah, dia sedikit mengelap keringatnya, latihan nya sudah selesai. Sudah jam 10 malam.

Sudah ku pastikan sekarang Ka Kinal sedang memohon maaf pada Ka Veranda.

"Lo, gw anter pulang ya?"

"Aku nginep di kosaan ka Yona aja."

"Kenapa gitu?"

"Kangen mamski." Ucapku menyandarkan kepalaku pada bahunya.

"Jyjyk ah Fen." Ka Yona mengusir kepalaku, tapi dia sedikit tersenyum seakan geli akan semua tingkahku.

Aku bahagia melihat dia tersenyum walau sedikit, dalam hidup, lebih baik ketika kamu mampu mengalahkan rasa ego yang besar, daripada kamu memenangkan begitu banyak perselisihan.

Aku yakin kalau untuk mengatakan yang terbaik, mungkin ka Kinal akan mengatakan ka Veranda lah yang terbaik, ka Veranda lah yang dia cintai, tapi aku percaya ada tempat tersendiri untuk Ka Yona pada hati ka Kinal. Ntah bagaimana dan sebagai apa.

Ka Veranda bukan bu Dendi yang akan menebar-nebarkan uang di muka ka Yona, karna sudah dipastikan ka Yona mendekati ka Kinal bukan karna uang. Karna tidak mungkin ka Kinal mempunyai uang lebih banyak dari ka Ve dan Ka Yona.

Aku mengerti sangat mengerti apa yang di rasakan Ka Yona, apa yang di rasakan ka Veranda.

Pasti Sakit.



Tapi aku tidak benar-benar mengerti apa yang ada di pikiran ka Kinal.
















Bersambung.

#TeamVeNalID

VERANDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang