44.Kzl

1.9K 301 53
                                    

Aku baru benar-benar keluar saat suara Kinal sudah tak terdengar lagi, aku menutup pintu kamar mandi, duduk lagi disebelah Feni. Karna fikirku bersembunyi dibalik selimut bukan tindakan cerdas untuk menghindari Kinal, jadi terpaksa aku berdiam beberpa menit didalam kamar mandi, untung saja Kinal tidak berlama-lama tadi.

Feni menertawaiku, aku tau ini terlalu memalukan, berlebihan sekali memang, tapi mau bagaimana lagi, aku lagi malas bertemu dengan Kinal, sebenarnya bukan hanya itu, aku hanya tidak mau kehadiranku membuat acara Veranda dan Kinal jadi berantakan. Walau aku tidak melakukan apa-apa, asal kalian tau Veranda adalah orang yang sangat posesif, aku terkadang kasian dengan Kinal, dia sering di curigaiin, tapi ya manusia seperti Kinal memang pantas di curigai.




"Udah nih ngumpetnya?"

Aku memutar bola mataku malas, Feni terus tertawa seakan hal ini adalah hiburan untuknya.

"Lagian kenapa sih ka? Segitunya banget kalau marah."

"Diem deh"!"

Anak kecil tau apa!

"Hahahaha, gemes deh aku, ada ya saling sayang tapi tiap hari ribut."

Feni mematikan laptopnya, mendekat kearahku.

"Bcanda mamski, serem banget mukanya."

"Gw pulang deh Fen." Ucapku sedikit menggeser badanku, ingin beranjak.

"Dih gitu, aku kan sendirian, tega banget ninggalin aku."

Feni langsung diam, memberikan ekpresi layak nya anak kucing yang tak mau aku tinggal. Mana tega kalau sudah begini.

"Gw banyak tugas." Ucapku sedikit lemah kemabli duduk disamping Feni.

"Tugasnya dibawa kan? Ya kerjaiin disini aja sih."

"Bentar lagi aja Mah, sampe umi datang, ya ya?" Dia memeluku, mendongakan kepalanya menatap mataku.

"Emang gak mau ketemu umi apa?" Lanjut nya lagi, dia semakin memeluku tak mau aku pergi.

"Gak"

"Udah dong marah sama umi nya, kan dia gak jadi pergi sama ka Ve kemaren, mamah percaya sama aku kemaren ka Kinal seharian di sini."

Bukan itu, terserah deh dia mau pergi dengan Veranda atau siapapun, yang aku kesalkan disini, dia berbohong, dia tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Padahal kalaupun dia mengatakan dia akan pergi bersama Veranda, yasudah mau bagaimana lagi, aku tidak akan melarangnya.

Aku sudah terbiasa sakit.


Hatiku sudah kebas!

"Mah."

Feni tiduran di atas pahaku dengan aku yang sibuk dengan tugasku.

"Hm."

"Kenapa sih mau sama ka Kinal, padahal mamah tau ka Kinal jahat."

Aku sedikit menghentikan gerakan tanganku pada papan keyboard laptopku. Aku tidak berniat menjawab ucapan nya.

"Gitu ya kalau udah cinta?"

Aku melihatnya, dia malah tersenyum begitu bodoh, mirip sekali dengan Kinal jika sudah ketahuan bohong.

"Udah deh jangan bahas-bahas cinta, masih kecil kamu tu."

"Aku memang masih kecil, tapi aku ngerti mah."

Suaranya memelan, memaksa aku melihat lagi ke arahnya, kali ini dia menatapku begitu serius, manik matanya terlihat berbinar namun menampakan kesedihan, ntah apa yang sedang dia pikirkan.

"Aku sayang sama Ka Yona, sayang juga sama Ka Kinal."

"Jadi aku sedih kalau kalian marahan."

"Aku bener-bener berasa jadi anak, korban diantara dua orang tua yang lagi marahan."

Aku sedikit tersenyum akan ucapan Feni, apa-apan dia ini, kenapa fikirannya bisa sampai sejauh itu.

"Mamah gak marahan kok sama umi."
Aku tersenyum, sedikit mengusap rambutnya.

Feni tersenyum semakin memelukku.

Kata-kata itu hanya untuk menenangkan Feni

.
.

Sore yang cerah beranjak pergi malam sudah mulai terlihat, aku sedang mengerjakan tugasku, terpaksa aku kerjakan disini Feni lagi manja, dia terus nempel pada tubuhku, dia benar-benar takut aku tinggalkan. Sebenarnya setelah ucapan nya tadi, niatku untuk meninggalkan nya sudah tidak ada. Terserah urusanku dengan Kinal bagaimana aku lebih mementingkan perasaan Feni.

"Mah, aku laper."

"Makan lah."

"Gak ada makanan."

"Mau gw pesenin?"

Dia menggeleng. "Aku telpon ka Kinal aja, kayanya umi bentar lagi pulang."

Aku mengangguk, Feni beranjak pergi meninggalakanku, dia berjalan ke arah balkon kamar untuk menelpon Kinal.

"Kenapa kok ketawa?"

Feni baru saja duduk lagi disampingku, dia terus tertawa.

"Gapapa" katanya namun masih dengan suara tawanya.

Aku yang tidak percaya dengan ucapannya, menatapnya menuntut penjelasaan.

"Hehe tadi aku sengaja bilang ke Ka Kinal kalau mamah kangen."

Aku seketika melotot, baru saja aku ingin mengungkapkan sumpah serapah ku pada Feni.

"Eh sebelum aku ngomong telpon nya udah dimatiin."

"Hahaha."













Bersambung

#TeamVeNalID

Gemes ya sama feni haaha karna gw gabut jadi double update, semoga suka, jangan lupa komen!

VERANDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang