#1: Masa Remaja yang Hilang

62.5K 3.3K 138
                                    

Positif!

Mata bulat gadis itu nanar melihat dua garis merah pada alat tes kehamilan. Tangannya bergetar, alat tes kehamilan itu pun terjatuh. Tergeletak di lantai yang basah.

Alfazel--nama gadis itu--terhuyung ke belakang hingga membentur dinding kamar mandi. Lalu tubuhnya merosot. Azel memejamkan mata, menenangkan diri dan napasnya yang memburu. Tapi, saat ia membuka mata dan melihat dua garis di alat tes kehamilan itu, tangisnya seketika pecah.

Hamil. Dirinya hamil. Apa yang harus ia lakukan?

Terbayang sudah olehnya apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Perutnya akan mulai membuncit. Orang-orang akan menatapnya dengan jijik. Orangtuanya akan malu dan marah besar. Dia harus berhenti sekolah. Cita-citanya pupus. Hidupnya sudah dipastikan hancur berantakan.

Bahu Azel terguncang membayangkan kehidupan suram yang menantinya di depan. Ia mulai mengutuki dirinya. Mengapa dirinya bisa setolol ini? Hanya demi kenikmatan beberapa menit, dia mengorbankan sisa hidupnya.

Azel memungut testpack itu, lalu meremasnya kuat-kuat. Untuk saat ini, orangtuanya tidak boleh tahu tentang ini. Saat ini, keluarga sedang dalam masalah. Memberitahu dirinya hamil hanya akan menambah masalah. Kalaupun ada orang yang Azel beritahu, itu adalah dia, cowok yang sudah menghamilinya. Mereka bisa bersama-sama mencari jalan keluarnya.

Masalahnya, bagaimana Azel harus memberitahu masalah ini pada cowok itu?

***

"Ha-hamil?"

Azel menggigit bibirnya dan mengangguk.

Saat itu mereka berada di dalam mobil. Di parkiran sekolah.

"Kamu hanya sedang mempermainkanku, kan, honey? Tunggu dulu ... sekarang tanggal berapa? Ah, satu April. Ini pasti April Mop. Astaga, sayang, leluconmu benar-benar luar biasa. Kamu berhasil." Lalu cowok itu tertawa.

Azel menatap cowok di hadapannya itu. Matanya terasa panas dan pedih. Perlahan air matanya mengalir.

Cowok itu geragapan saat melihat Azel menangis. Tawanya terhenti.

"Ka-kamu benar-benar hamil?"

Azel mengangguk. Lalu ia membuka resleting tas, dan mengeluarkan sesuatu. Alat tes kehamilan.

Falih Haery--nama cowok itu--mengambil testpack yang diberikan Azel. Saat melihat dua garis merah, Falih akhirnya sadar Azel tidak sedang bercanda.

"Siapa aja yang udah tahu masalah ini?" tanyanya.

Azel mengusap air matanya. Lalu berbisik, "Cuma kamu."

Falih mengembuskan napas lega. Kalau orang lain tahu, hidupnya tamat sudah. "Untuk saat ini, cukup kita berdua aja yang tahu. Kamu ngerti?"

Sekali lagi Azel mengangguk. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanyanya.

"Kita masuk kelas dulu. Biar aku yang pikirkan jalan keluarnya. Terpenting, kamu harus tetap merahasiakan hal ini."

Setelah mengatakan itu Falih keluar dari mobilnya. Azel menyusul di belakang. Sebelum berpisah, Falih kembali mengingatkan Azel untuk rahasiakan tentang kehamilannya.

***

Jalan keluar yang dijanjikan Falih ternyata tidak pernah datang. Ini sudah jalan sebulan dari waktu Azel memberitahu cowok itu mengenai kehamilannya. Setiap kali mereka bertemu, dan Azel bertanya, Falih hanya menjawab, Sedang aku pikirkan. Kamu tunggu aja dulu. Selalu begitu.

Hingga tiba-tiba Falih menghilang. Saat Azel mencari tahu, ia mendapat informasi bahwa Falih pindah sekolah. Tidak hanya itu, cowok itu beserta keluarganya juga pindah. Entah kemana. Saat itu juga Azel tersadar, Falih kabur dari tanggung jawab.

Di dalam mobil Azel menyentuh perutnya. Perut itu memang belum membuncit. Tapi itu hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sekarang aku harus gimana?

Hamil di usia 17 tahun saja sudah aib yang sangat memalukan. Ditambah lagi, cowok yang menghamilinya kabur dan tidak mau bertanggung jawab.

Azel menyandarkan kepala di setang mobil. Perlahan bahu berguncang. Azel terisak.

Sekarang, hidupnya benar-benar hancur. Masa remajanya yang indah menghilang sudah. Kini yang ada hanya penyesalan dan ketakutan.

Sekarang, satu-satunya yang harus ia lakukan adalah memberitahu orangtuanya. Berharap orang tuanya punya jalan keluar dari masalah ini.

Tentu saja memberitahu kehamilan ini bukanlah hal yang mudah. Tapi, Azel harus memberitahunya. Sebelum semuanya terlambat dan ia makin menyesal.

Shotgun WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang