#45: Menemukan Kebenaran (Part 1)

18.2K 1.2K 49
                                    

Abytra membuka pintu dengan gerakan pelan, tidak ingin menimbulkan bunyi sedikit pun. Ia menoleh ke belakang, mendapati Azel masih tertidur. Pria itu menatap Azel hampir satu menit, sebelum akhir melangkah melewati pintu kamar, dan menutupnya lagi dengan gerakan lamban. Lalu pria itu berjalan cepat menuruni anak tangga.

Ada hal yang harus ia lakukan. Salah satunya menemukan kebenaran mengenai keterlibatan Thomas dengan masalah yang mengakibatkan ayahnya masuk ke dalam penjara. Ia merasa ada sesuatu yang belum ia ketahui. Makanya, ia harus mengkonfrontasi Thomas mengenai ini. Sebab Thomaslah satu-satunya orang yang bisa membantunya menemukan kebenaran.

Ketika Abytra berlari ke mobil miliknya yang terparkir di garasi, ia melihat Kafka baru pulang sekolah. Pria itu menghentikan langkah, dan memutuskan untuk menghampiri Kafka. Abytra harus membicarakan suatu hal dengan cowok tersebut terlebih dahulu.

"Ada sesuatu yang terjadi pada Azel?" tanya Kafka langsung setelah melepas helm dan turun dari motornya. Tadi ia sempat melihat Abytra berlari dengan terburu-buru ke arah mobil.

Abytra menggeleng, dan itu membuat Kafka mengembuskan napas lega. "Tapi ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu."

"Bicara dengan gue?"

Abytra mengangguk. "Tapi tidak di sini. Kita bicara dalam mobil saja."

Tanpa menunggu jawaban Kafka, Abytra sudah berbalik dan berjalan dengan langkah lebar ke arah mobil. Ia membuka pintu mobil dan menoleh ke belakang, melihat Kafka masih bergeming.

"Tolong ...," pinta Abytra dengan ekspresi memohon.

Akhirnya Kafka mengayunkan kakinya menuju Abytra. Cowok itu membuka pintu mobil belakang, lalu masuk.

"Jadi apa yang ingin lo omongin?"

Abytra melihat ke kaca spion dan tatapannya bertemu dengan mata Kafka. "Aku mau minta tolong suatu hal kepadamu."

Minta tolong? Kafka tertawa sinis. Sejak awal ia tidak pernah menyukai pria ini. Apalagi ia tahu betul ada rahasia yang selama ini Abytra pendam. Kafka sudah berusaha mencari tahu, tapi ia sama sekali tidak menemukan sedikit pun petunjuk.

"Lo pikir gue layanan masyrakat yang bisa lo mintai tolong?"

"Bukan. Tapi aku tahu kau satu-satunya orang yang bisa melakukan ini."

"Tapi, aku tidak mau melakukan itu."

Abytra menoleh ke belakang. "Kalau aku bilang ini ada kaitannya dengan Azel, apa kau masih tetap menolaknya?"

Sial! umpat Kafka dalam hati. Ia menatap tajam Abytra dan melihat sudut bibir pria itu tertarik. Sepertinya Abytra tahu bagaimana cara membuat Kafka mau menerima permintaan tolongnya. Namun, Abytra sama sekali tidak berbohong. Permintaan tolongnya ini ada kaitannya dengan Azel.

"Bagaimana?"

Kafka memejamkan mata, lalu mengembuskan napas panjang. Sungguh ia benci dengan pria di hadapannya itu. Tapi, demi Azel ia akan melakukannya.

"Jadi apa yang lo inginkan dari gue?"

"Tolong jaga Azel. Apa pun yang terjadi, aku pinta kau untuk selalu di sisinya dan melindunginya."

"Tanpa lo minta, hal itu pasti akan tetap gue lakuin. Dia saudara gue. Jadi, gue akan selalu ada buat menjaganya."

"Baguslah. Karena setelah ini, bakal ada kejadian yang akan membuatnya terluka. Aku benar-benar berharap dan mengandalkanmu."

Kafka diam sejenak. Mencerna ucapan Abytra barusan. Bakal ada kejadian yang akan membuatnya terluka? Apa maksudnya ini?

"Maksud lo apa?"

"Aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu saat ini. Yang pasti aku minta, tolong jaga Azel."

"Sial!" umpat Kafka. Cowok itu memajukan tubuh. Tangan kanannya terulur ke depan, meraih kerah kemeja Abytra dan menariknya. "Rencana apa yang sedang lo mainkan, ha?!"

Abytra meringis merasakan perih di leher akibat kemeja yang menyekik akibat cengkraman kuat Kafka. Tapi, ia tidak berusaha melepaskan diri. Ia hanya menatap mata Kafka. Lalu berbisik, "Aku sedang mengakhiri sesuatu yang sudah kumulai."

"Berengsek!" Kemarahan Kafka makin menggelegak. Ia benci dengan omongan Abytra yang bertele-tele.

"Kasih tau gue semuanya sekarang!"

Abytra menggeleng. "Sorry. Untuk sekarang aku tidak bisa. Waktuku tidak banyak. Tapi nanti, aku pasti akan menjelaskan semuanya kepadamu. Sebagai rasa terima kasih karena kau sudah melakukan yang kupinta." Abytra menyentuh tangan Kafka yang mencengkram kerah kemejanya, lalu menggenggamnya. "Aku janji," bisik Abytra seraya menatap mata Kafka.

Kafka bergeming. Tapi beberapa detik kemudian cengkramannya pada Abytra melemah, dan Abytra menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri.

"Gue pegang janji lo," kata Kafka akhirnya. "Tapi kalo lo ingkari, gue akan buru lo sampai dapat. Saat itu gue pastiin lo bakal gue habisin, tanpa memberi lo kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata pun," desisnya dengan nada mengancam.

Abytra mengangguk. Ia pasti akan menepati janjinya. Sebab, ia  juga sudah berjanji akan kembali kepada Azel.

Kafka membuka pintu mobil, melangkah keluar, dan menutupnya dengan bantingan.

Abytra menyalakan mobil. Kemudian ia menurunkan kaca mobil dan menoleh kepada Kafka. "Tolong jaga Azel," pintanya lagi.

Kafka hanya menatap Abytra. Tapi dari sorot mata cowok itu, Abytra sudah menemukan jawabannya. Kafka akan melakukan apa pun untuk memastikan Azel baik-baik saja.

Setelah itu Abytra menginjak padel gas, dan mobil pun melaju meninggalkan Kafka.

Sekarang tujuan Abytra adalah menemui Thomas. Mereka harus berbicara, demi mengungkapkan kebenaran dari kisah pahit di masa lalu.

Abytra mencengkram kemudi dengan erat. Dan menginjak pedal gas makin dalam untuk meningkatkan kecepatan mobil. Ia tidak punya banyak waktu. Secepatnya ia harus mengakhiri ini semua.

***

Shotgun WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang