"Jangan berbicara apa pun denganku," kata Abytra tegas saat melihat Azel masuk ke dalam kamar. Pria itu sedang berdiri di depan lemari yang terbuka, mencari baju ganti.
Tapi, tentu saja Azel tidak bisa mematuhi permintaan Abytra. Sebab ada banyak tanya yang kini memenuhi kepalanya. Dan ia butuh penjelasan agar kepalanya menjadi lebih ringan.
"Kamu udah makan?" Azel merasa lebih baik dia memulai pembicaraan ini dengan bertanya mengenai hal remeh dulu. Basa-basi. Mencairkan suasana. Apalagi dari gelagatnya, Azel bisa membaca suasana hati pria di hadapannya itu sedang tidak baik. Rahang tegas, pangkal hidung yang mengerut, dan bibir yang mencebik, sudah cukup menggambarkan betapa buruk suasana hati pria tersebut.
Abytra menoleh, dan menatap Azel tajam. Tapi, gadis itu malah tersenyum tipis kepadanya. Dan itu membuat Abytra mengalihkan pandangan.
"Kamu cari apa? Sini aku bantu cariin?" tawar Azel yang melihat Abytra masih berdiri di depan lemari.
"Sudah kubilang jangan bicara apa pun denganku," pinta Abytra. Kali ini nadanya lemah, penuh permohonan.
Azel tertegun. Tidak pernah ia mendengar Abytra berbicara dengan nada seperti itu kepadanya. Tapi, justru itu menambah banyak pertanyaan di benak Azel. Entah kenapa ia ingin tahu apa yang terjadi pada Abytra.
Abytra menarik selembar polo t-shirt berwarna biru langit dan sepotong celana katun berwarna khaki. Lalu ia menutup kembali pintu lemari. Ia berjalan ke arah ranjang, meletakkan pakaian yang diambilnya dari lemari tadi si sana, lalu masuk ke kamar mandi.
Sebelum pintu tertutup ia masih sempat mendengar ucapan Azel yang mengatakan akan menyiapkan makanan untuknya.
Abytra menyandarkan punggung ke daun pintu. Ia mengusap wajah dan menyugar rambutnya. Lalu ia teringat dengan kata-kata Maura. Satu bulan. Wanita itu meminta Abytra untuk bertahan selama satu bulan lagi.
Abytra meruap oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya, lalu mengembuskan dengan pelan. Bagaimana pun caranya, ia harus bisa bertahan. Hanya satu bulan. Dan, itu bukanlah waktu yang lama.
***
Tapi ternyata Abytra salah. Satu bulan itu bisa jadi sangat lama.
Saat Abytra keluar dari kamar mandi, ia melihat Azel duduk di tepi ranjang. Di meja nakas sudah tersedia makanan untuknya. Abytra mengambil pakaian yang tadi diletakkan di atas ranjang, lalu mulai memakainya. Pakaian beres, sekarang ia tinggal menyisir rambutnya.
"Mau pergi lagi?" tanya Azel.
Abytra tidak menjawab. Azel menghela napas panjang.
"Kamu makan dulu," pinta Azel. Bagaimana pun caranya ia harus bisa menahan Abytra agar jangan pergi. Mereka harus berbicara. Azel ingin tahu kemana saja pria itu selama dua hari ini.
Tapi, keinginan Abytra untuk menghindari gadis itu juga besar. Ia harus pergi. Ia sengaja pulang tadi hanya untuk membersihkan diri dan mengambil beberapa pakaian yang akan ia bawa ke rumah Maura. Ia ingin menginap lagi.
Abytra membuka lemari, mengambil beberapa potong pakaian lalu memasukkannya ke dalam tas sempat ia ambil sebelumnya. Setelah merasa cukup untuk menginap beberapa hari, Abytra menutup kembali lemari. Ia menggantungkan tas di bahu kirinya.
"Untuk apa pakaian itu?"
"Itu bukan urusanmu!"
Azel berdiri. Kini ia berhadapan dengan pria itu. Tidak ... ia tidak ingin seperti ini. Ia tidak akan membiarkan pria itu pergi begitu saja.
"Kita harus bicara. Ada banyak pertanyaan yang ingin aku ketahui jawabannya. Tolong," pinta Azel.
"Sudah kubilang, aku tidak ingin bicara apa pun denganmu. Tolong minggir, aku harus pergi."
"Tidak!" tolak Azel tegas. "Kamu tidak akan pergi sebelum kita bicara."
Abytra mengepalkan tangannya. Suasana hatinya sedang tidak baik. Tapi Azel malah semakin membuatnya tambah sulit. Ada apa sih dengan gadis ini? Kenapa ia tidak bersikap seperti dulu saja? Pura-pura tidak melihatnya dan saling mengabaikan? Kenapa ia harus mulai mempedulikannya? Dan sialnya ... kenapa ia harus tersentuh dengan segala perhatian gadis itu?
Awalnya Abytra hanya ingin meloloskan diri dari Azel. Tapi, yang terjadi selanjutnya sama sekali tidak pernah ia sangka. Tanpa sengaja ia malah mendorong gadis itu. Azel terkejut. Matanya membesar, lalu gadis itu terjatuh ke lantai.
Jantung Abytra berhenti berdetak sesaat setelah mendorong Azel. Tidak menyangka tindakannya itu mampu membuat gadis itu terjatuh. Dan saat Azel mengerang, baru pria itu tersadar.
Di lantai, Azel memegang perutnya. Ia kesakitan. Gadis itu memejamkan mata. Tapi Abytra bisa melihat air mata sudah mengalir dan membasahi pipi Azel.
Baru saja Abytra mau membantu Azel, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Abytra menoleh dan mendapati Kafka berada di sana. Cowok belasan tahun itu sempat membeku di tempat sesaat, sebelum tersadar lalu berlari ke arah mereka.
Kafka merenggut leher Abytra, lalu melayangkan tinju ke rahang pria itu. Abytra sempat berpikir rahangnya akan lepas karena Kafka meninjunya dengan keras. Lalu pria itu mengecap rasa asin berkarat dalam mulutnya. Ternyata tinju Kafka membuat bibirnya robek dan berdarah.
Mata Kafka memerah karena marah. Rahangnya mengetat. Tinjunya masih mengepal. Cowok itu masih ingin menghajar Abytra. Tapi erangan kesakitan Azel membuat Kafka sadar kalau ia harus menolong saudarinya itu. Kafka mendorong Abytra hingga tersungkur ke lantai, lalu menghampiri Azel yang masih bersimpuh sambil memegang perutnya.
Kafka bersumpah, ia panik setengah mati melihat Azel kesakitan. Kafka memejamkan mata, lalu mengembuskannya keras-keras. Bagaimana pun caranya, ia harus tenang. Ia harus fokus. Ia harus bisa menyelamatkan Azel.
"Kita ke dokter sekarang!" kata Kafka sambil membantu Azel berdiri.
Abytra yang melihat Kafka kesulitan pun ikut membantu. Ia sempat melihat Kafka menatapnya tajam, tapi Abytra segera berkata, "Selamatkan Azel dulu. Setelah itu kau bisa menghajarku sepuasnya."
Selama perjalanan menuju rumah sakit, yang dirasakan Abytra cuma satu: takut. Pria itu benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Azel dan juga kandungannya.
***
Halo semuaaaa ... udah pada nunggu, ya. Maaf kemarin nggak up. Soalnya aku dari pagi kemarin demam, jadi memutuskan untuk full istirahat. Nah baru sore tadi agak mendingan dan udah bisa diajak untuk merangkai ceritanya lagi.
Semoga kalian masih setia ya.
Segini aja dari aku.
Sampai jumpa lagiBubay
Kamal Agusta
KAMU SEDANG MEMBACA
Shotgun Wedding
RomanceUPDATE TIAP HARI!!! High Rank #28 (31/03/2018) "Aku ingin membencimu. Tapi, yang terjadi, aku malah semakin jauh jatuh cinta kepadamu." Hanya demi kenikmatan sesaat, Azel kehilangan masa remajanya dan mengorbankan masa depannya. Sekarang Azel harus...