Jihoon hanya bisa terisak di samping Jinyoung yang juga melajukan mobilnya dengan gelisah
ini sudah pukul 8 malam dan mereka masih belum bisa menemukan Daehwi, ponselnya pun sudah mati dan tak bisa dihubungi
"bagaimana ini hiks? bagaimana jika Daehwi kenapa-napa Bae hiks"
"tenanglah, kita pasti akan menemukan Daehwi, coba hubungi Guanlin dan Seonho"
"hiks nee"
Jihoon mengusap air mata yang mengalir di pipinya dan meraih ponsel di dalam sakunya untuk menghubungi Guanlin dan Seonho yang juga sedang mencari Daehwi
Jinyoung menyerah setelah 5 jam tak kunjung menemukan Daehwi. Memilih untuk memberitahu kepergian Daehwi pada teman-teman nya yang lain
"belum hiks mereka juga belum mene..hiks menemukan Daehwi"
"sttt berhentilah menangis"
"tapi..ini salahku Bae hiks ini salahku"
"jangan menyalahkan diri sendiri, ini juga salahku, maafkan aku"
Jinyoung menggenggam tangan Jihoon, mencoba memberikan kehangatan disana
"aku mencintai mu Hoon, sungguh. please jangan meragukan ku lagi, em? karena itu tidak hanya melukai kita tapi juga orang lain"
"hiks ne"
"Daewhi hanya seseorang yang harus ku jaga, tapi cinta ku sungguh-sungguh hanya untukmu, kau percaya kan?"
"hiks ne"
"mari kita menikah"
"hiks ne, m..mwo?!!"
Jihoon baru menyadari apa yang dikatakan Jinyoung padanya
"me..menikah?"
"ne, aku harap jika hubungan kita di ikat dengan sesuatu yang sakral kita bisa lebih saling percaya. aku hanya tidak ingin kehilangan lagi Hoon. ranjang ku terasa sangat dingin tanpa kamu disana"
"hiks"
"Hoon, mau kan? jangan menangis"
"hiks tentu hiks aku mau Bae"
cup
"gumawo pou"
Jinyoung mengecup kening Jihoon sayang, Jihoon hanya bisa terisak dan memeluk Jinyoung erat. Jihoon bingung harus merasa senang atau tidak, sedangkan Daehwi diluar sana entah berada dimana dan entah bagaimana keadaan nya
.
.
.
.
."sayang?"
Guanlin memanggil Seonho di sebelahnya yang baru selesai menghubungi beberapa orang dan menanyakan keberadaan Daehwi
"hem"
"bagaimana?"
"tidak ada yang tahu Daehwi dimana"
"sabarlah kita pasti menemukan Daehwi, bagaimana kalau kita coba cari ke daerah sekitar kampus kita dulu?"
"hem"
Guanlin menghela nafas. Seonho selalu menjawabnya dengan singkat. Seonho masih marah atas kejadian dimana dia menemukan keberadaan Jihoon di apartemen Guanlin
bukan marah sebenarnya. Seonho lebih merasa takut dan khawatir. hatinya sudah terlanjur kembali mencintai Guanlin dan tak siap jika harus kecewa lagi
"Seonho, kau masih marah?"
"ani"
"aku minta maaf sayang, sungguh aku dan Jihoon tak melakukan apa-apa"