EMPAT

2.3K 127 5
                                    

Saat ada panggilan untuk segera ke lapangan, semua siswa pun keluar. Mereka langsung berbaris sesuai kelasnya masing-masing.

"Upacara Bendera Hari Senin tanggal 30 Oktober 2017 segera dimulai. Masing-masing pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya," kata protokol memulai upacara pagi itu.

Dua puluh menit telah berlalu, "Pengumuman - pengumuman!" Pak Yanto - penanggung jawab panitia perayaan HUT memasuki lapangan upacara. Tapi, semua siswa mulai ribut dan saling berbicara.

"Pengumuman!" suara Pak Yanto membuat semuanya diam. "Saya akan mengumumkan juara lomba perayaan hari ulang tahun yang telah dilaksanakan selama seminggu kemarin," lanjut beliau. Sorakan para siswa pun menyambutnya.

"Kategori Lomba Basket. Juara 3, kelas 11 MIPA 2. Juara 2, kelas 11 IPS 2. Juara 1, kelas 12 MIPA 1," ucap Pak Yanto diikuti tepuk tangan meriah dari peserta upacara. "Perwakilan masing - masing kelas di harap maju," lanjutnya.

Pengumuman juara lomba yang pertama berhasilnya menyita perhatian para peserta upacara. Beberapa cewek membicarakan idola mereka-Adam maju menerima hadiah. "Lihat itu, Kak Adam keren banget." Salah satu kalimat dari puluhan cewek yang membicarakannya.

Sudah 11 kategori lomba dibacakan. Tersisa satu kategori lagi sehingga genap menjadi 12 kategori. Semua peserta upacara sudah heboh sejak awal pengumuman. Kini semua berharap perwakilan kelas bisa menang di kategori terakhir ini.

"Kategori terakhir, Lomba Fotografi. Juara 3, 11 MIPA 3 atas nama Afifah Khairunnisa. Juara 2, 10 IPS 1 atas nama Farel Wijaya. Juara 1, 11 MIPA 1 atas nama Zahra Anadhita Satwika."

"Woww! Gak nyangka kamu menang, ra. Juara 1 pula," ucap Moza setelah mengetahui sahabatnya menang.

"Wah, kamu kasih uang berapa sama jurinya?" ledek Fira.

"Kemarin, aku kasih oplosan cat air sama alkohol." Jawab Zahra

"Liciknya orang satu ini. Udah sana cepet maju," kata Moza mengakhiri pembicaraan.

***

Di antara barisan 12 MIPA 1 ada yang bersuara membicarakan Zahra. Mereka adalah Adam dan temannya. Mereka menjadi antusias dan semakin penasaran setelah mendengar nama Zahra.

"Sal?" kata Adam pada Faisal.

"Hah?" tanya Faisal.

"Lo denger nama juara 1 lomba fotografi tadi?" tanya Adam balik.

"Sebelas MIPA 1 kan," jawab Faisal sedikit ragu.

"Bukan kelasnya, tapi orangnya. Dia pemilik buku gambarnya," kata Adam memberi tahu Faisal.

"Hah! Serius? Jadi pemiliknya Zahra Anadhita? Jangan bilang lo gak tau mana orangnya?" tanya Faisal tak percaya.

"Ada cewek lain yang namanya Zahra A.S.?"

"A. S. Kenapa lo nggak tulis inisialnya pas chat gue? Kalau begitukan gue bisa langsung nebak!"

"Lo kenal cewek itu?"

"Lo kebanyakan cewek sih sampai andalan sekolah kita nggak tau. Katanya dia itu paling jago di bidang seni dan sastra. Katanya sih juga anti cowok," kata Faisal pada Adam.

"Cuma katanya aja lo percaya. Dari tiga orang itu ...." kata Adam terhenti setelah menyadari bahwa para juara sudah mundur.

"Tenang! Penasaran banget sih lo. Nanti gue anter ke kelasnya, " kata Faisal bersamaan dengan laporan upacara telah selesai oleh pemimpin upacara.

***

Setelah upacara selesai, semua siswa kembali ke kelas masing-masing dan beberapa mampir ke tempat lain. Guru - guru masih briefing untuk menentukan waktu di setiap jam pelajaran.

"Zahra, lo menang tapi kok sedih gitu?" tanya Fira yang telah berbalik ke belakang menghadap ke meja Zahra dan Moza.

"Buku gambar kesayangannya belum ketemu. Jadi gitu deh," kata Moza mengambil alih jawaban.

"Ternyata masih kasus buku gambar. Tadi nggak ada pengumuman juga," kata Fira.

"Coba tunggu beberapa hari lagi aja, Ra. Mungkin aja buku gambar lo nanti ketemu," kata Moza memberi Zahra.

"Beli baru aja kenapa sih? Kan lo bisa gambar lagi," kata Fira dengan entengnya.

"Bisa sih beli lagi, gambar lagi. Tapi, buku itu kado dari ayah angkat gue. Dia bilang kalau gue lukis semua hal yang ada dipikiran gue, masalah terberat juga bisa hilang," kata Zahra.

"Ohh. Gue gak tau. Sorry," kata Fira menyesal.

"Ambil saran gue tadi. Kalau udah nggak sabar, ngomong sama guru BK aja. Nanti pasti dibantu cari," kata Moza.

"Gue setuju!" kata Fira menyetujui.

"Hmm, oke..." kata Zahra.

"Mari kita kembali ceria. Mari kita ke kan-" kata Fira terhenti setelah melihat Pak Hendro-guru matematika peminatan masuk.

Seketika kelas menjadi hening. Tanpa basa - basi Pak Hendro memulai pelajaran setelah mendapat balasan dari salamnya.

***

Bel dan lirik terakhir lagu bagimu negeri menjadi tanda waktu istirahat tiba.

P. S.

Ada yang penasaran cerita selanjutnya? Jujur aku kesulitan membuat cerita yang penuh tanda tanya dan pemikiran. Tapi, semoga ke depannya aku bisa buat yang kayak gitu.

Pertemuan dua orang itu hampir sampai kok... Kira - kira seperti apa ya pertemuan mereka?

Simak terus ya! Makasih.

REVISI : JUDUL+SEBAGIAN ISINYA
*PART AWAL MASIH SIMPLE, TAPI JANGAN BERHENTI BACA

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang