"Gue bisa ngerti lo gak mudah atau gak akan lagi bisa percaya sama gue. Tapi, lo juga jangan percaya seutuhnya sama orang-orang di dekat lo. "
Siang itu terlihat terik dari kaca jendela berukuran 120 x 60 cm di sebuah kamar bernuansa abu-abu. Cowok yang sedang tiduran dengan semua pikirannya yang melayang-layang menatap keluar jendela. Kalau memang penyelamat Zahra adalah Adam, kenapa dia ada di sana? Tidak mungkin Adam kebetulan juga naik ke atas. Begitulah beberapa hal dari banyak hal yang ada dipikiran Hema sekarang.Satu lagi hal yang muncul dipikiran Hema sekarang. Bagaimana kalau Zahra tahu? Adam itu penyelamatnya. Sedangkan dirinyalah yang membuat dirinya mengalami kecelakaan. Meski ia tidak secara langsung, ia tetap menjadi penyebab kecelakaan itu terjadi. Karena ia tidak berhati-hati saat menyeberang, sebuah mobil terpaksa banting setir dan menabrak mobil di kanan jalan yang sedang melaju cepat. Tidak bisa dihindari kecelakaan terjadi.
Dengan mudahnya, Bara dapat menutup perkara kecelakaan besar itu dengan rapi. Ia menutup mulut semua saksi. Membebaskan semua orang yang pantas untuk disalahkan. Ia juga meminta polisi untuk tidak memasukkan kecelakaan dalam berkas kepolisian.
Suara dering telepon ponselnya menyadarkan Hema dari lamunannya tentang kilas balik kecelakaan itu. Di ambilnya ponsel yang ia sandingkan di atas kasur. Terlihat nama Laras di layar. Ia tidak langsung menggeser lambang ponsel berwarna hijau ke atas. Rasanya ia tidak minat untuk mengobrol dengan Laras saat ini.
Apa mungkin Laras tetap di sampingnya saat semuanya terungkap? Saat tahu kalau dirinya masih sangat menyukai Zahra. Saat tahu bahwa dirinya juga yang menyebabkan Zahra kehilangan semuanya. Kecil kemungkinannya kalau Laras tidak akan menjauhinya. Mungkin bukan karena marah, melainkan kecewa padanya.
Karena ponselnya terus berbunyi dengan nama pemanggil yang masih sama, Hema mengangkatnya.
[Hema] Hallo
[Laras] Kenapa lama ngangkatnya?
[Hema] Barusan dari kamar mandi.
[Laras] Oke-oke. Kita ketemuan sekarang ada yang mau gue omongin sama lo.
[Hema] Gak bisa lewat telpon aja?
[Laras] Ini tentang Zahra
[Hema] Tentang Zahra? Emang ada apa?
[Laras] Nanti gue jelasin kalau udah ketemu. Gue chat lo tempatnya nanti. Sekarang lo siap-siap aja. Gak usah jemput gue juga.
Obrolan melalui jarak jauh itu selesai dengan cepat. Apa benar Adam penyelamat Zahra? Kalau dipikir lagi, kenapa Adam tetap diam? Padahal jika dia mengaku bahwa dia yang menyelamatkan Zahra, bisa dijamin, Zahra akan semakin suka padanya. Pikirannya sendiri, berhasil membuat Hema pusing. Untuk mendapatkan jawaban itu, ia harus menemui Laras sekarang.
***
Dari pintu masuk kafe itu, Hema berhasil menemukan Laras yang melambai-lambaikan tangannya. Laras menyuruhnya untuk cepat berjalan tanpa suara. Mungkin memang ada hal yang sangat penting akan dibicarakan Laras.
"Udah lama?" tanya Hema seraya menarik kursi lalu duduk.
"Lumayan sih. Abaikan. Mau pesan minum atau makan apa?"
"Minum aja. Apa yang mau kamu bicarain?"
"Bentar," kata Laras sambil mengangkat tangan, pelayan menghampirinya. Ia menambah pesanan satu minuman.
"Lo pernah bilang kan? Kalau lo ngerasa kakak gue yang nolong Zahra di rooftop satu tahun yang lalu. Lo benar."
"Jadi, emang kakak lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A dan Z [LENGKAP]
Teen Fiction[22-05-2019] #2 teenfiksi "Mana bisa sih aku marah sama cewek se-unik kamu. Adanya bikin kangen kali." _____________________________________ Zahra adalah siswa pindahan dari Bandung. Ia ingin melupakan kisah pahitnya di Bandung. Bersama keluarga ba...