EMPAT PULUH EMPAT

1K 56 0
                                    

Penting! Baca sampai akhir!

Setelah beberapa hari sering mengurung diri di kamar, Zahra ikut makan pagi hari ini. Selama beberapa hari itulah, ia berusaha menerima kenyataan yang ada. Ia tidak mau terus lari dari kenyataan. Ia harus menghadapinya karena inilah yang sebenarnya terjadi.

Wijaya, Hana juga Reza bersyukur karena Zahra mau ikut makan pagi lagi seperti sebelum-sebelumnya. Mereka juga sempat khawatir karena Zahra mengurung diri terus. Tapi, Zahra meminta mereka untuk tidak khawatir. Ia tak akan melakukan hal yang berbahaya seperti dulu.

"Pagi, Pa, Ma," sapa Zahra, lalu duduk.

"Pagi juga, Kak," sapa Zahra menoleh ke Reza.

"Gitu dong senyum," kata Reza.

"Zahra, mama udah buatin kering tempe kesukaan kamu. Ayo, dimakan." Sudah ke empat kalinya Hana membuat kering tempe tiap pagi. Berharap anaknya akan ikut makan pagi.

"Iya, Ma, makasih."

Wijaya hanya tersenyum samar melihat mereka. Melihat anaknya bisa tersenyum lagi, ia ikut bahagia, meskipun bukan anak kandungnya. Benar kata sahabatnya, kalau Zahra itu memang spesial. Ia tidak akan pernah menyesal telah merawat Zahra.

"Zahra kelihatan aneh ya? Dari tadi mama sama papa lihatin terus. Kak Reza juga," kata Zahra menyadarinya.

"Enggak, mama cuma senang kamu udah gak kelihatan sedih lagi."

"Zahra, maafin papa ya karena-"

"Iya, Pa. Lagian, Papa ngelakuin itu karena amanah dari papa kandung aku kan? Jadi, gak ada yang salah di sini. Oke?" kata Zahra diakhiri senyum manisnya.

"Ra, gimana kalau besuk sabtu kita pergi ke pantai? Refreshing," tawar Reza.

"Boleh deh."

"Ma, aku mau ke makam mama sama papa nanti pulang sekolah. Boleh kan?" tanya Zahra.

Hana menoleh ke Wijaya. Isyarat meminta persetujuan. Wijaya pun hanya mengangguk.

"Ya udah, nanti kalau sudah pulang, telpon mama ya. Mama antar."

"Iya, Ma. Makasih."

Zahra yakin bisa melewati ini. Kalau dirinya bisa melewati kepahitan hidup seperti yang sebelumnya. Sekarang ia juga bisa.

***

Kelas dua belas sudah melewati masa menengangkan-Ujian Nasional. UN sudah selesai dua hari lalu. Mereka tinggal menunggu hari pengumuman datang. Sambil menunggu, sebagian lebih akan belajar untuk SBMPTN. Belajar lebih serius dari sebelumnya. Ada juga yang berlatih di lapangan atau di mana saja untuk kebugaran. Mereka yang berlatih kebugaran ini adalah mereka yang ingin masuk akademi militer atau sejenisnya.

Hari ini, kantin lebih banyak di dominasi oleh kelas dua belas. Beberapa penghuninya sudah ada sejak jam pertama di mulai. Masih ada juga yang tetap memilih di kelas. Alasannya 'mager' dan ada AC nya.

Zahra baru ke kantin lagi sejak hubungannya dengan Adam putus. Ia sedikit tidak nyaman saat bertemu atau berpapasan dengan Adam. Apalagi setelah ia tahu kalau Adam memang tak sepenuhnya salah. Lalu, ditambah dengan dirinya yang masih menaruh rasa pada Adam.

Sekarang, ia bermaksud untuk berbaikan dengan Adam. Karena itu, ia ikut pergi ke kantin dengan Moza dan Fira. Kedua sahabatnya itu juga mendukung niatnya. Katanya mungkin saja ia CLBK. Ada sedikit harapan itu juga dalam hatinya. Tapi, ia ragu kalau Adam akan semudah itu menerimanya lagi.

Setelah memesan minuman, Zahra duduk di meja kedua di baris ketiga. Meja yang sedikit jauh dari tempat Adam berada. Tadi, matanya dan mata Adam sempat saling bertatap. Tidak lama.

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang